Oleh: psikologi2009 | Mei 3, 2014

PSIKOLOGI: 100 Alasan Rakyat Tidak Memilih Prabowo

 

FACEBOOK-Psikologi100AlasanRakyatTidakMemilihPrabowo

MEMILIH capres-cawapres itu harus rasional. Tidak boleh secara emosional berdasarkan ilmu kira-kira selera atau emosi. Tidak boleh memilih berdasarkan egoistic ataupun intuitif. Harus rasional. Harus ada pertimbangan-pertimbangan yang positif, objektif didukung data atau fakta yang nyata. Kenapa rakyat tidak memilih capres Prabowo? Tentu ada alasan-alasan rasionalnya. Dengan kata lain, tidak memilih capres atau calon pemimpin haruslah rasional, faktual, objektif dan realistis. Jangan berdasarkan ilmu kira-kira atau berdasarkan pertimbangan selera atau emosi subjektif.

100 alasan rakyat tidak memilih capres Prabowo
Rakyat pasti punya landasan atau basis berpikir yang logis, benar dan objektif.

1.Prabowo berkepribadian kurang baik
2.Prabowo suka menghujat/menyindir capres lain di depan publik
3.Prabowo lebih banyak bicara daripada bekerja
4.Prabowo lebih suka mengobral janji daripada berbuat nyata
5.Prabowo belum pernah mendapat penghargaan internasional
6.Prabowo temperamental atau mudah marah
7.Prabowo mencalonkan diri tetapi tidak dicalonkan rakyat (tidak sesuai ajaran Islam)
8.Prabowo sudah naik haji dan tapi emosional
9.Prabowo rumah tangganya tidak akur (kawin cerai)
10.Prabowo perusahaannya tidak lancar dan pernah terlibat utang hingga triliunan rupiah
11.Prabowo membayar gaji/upah karyawannya dengan tidak layak dan tidak lancar (pernah diutang)
12.Prabowo belum pernah berkarya di pemerintahan demi kepentingan bangsa dan negara
13.Prabowo dalam mengambil keputusan, merupakan keputusan pribadi
14.Prabowo jarang suka blusukan atau kurang merakyat
15.Prabowo kurang dicintai rakyat dan rakyat jarang berebut berjabat tangan dan foto bersama
16.Prabowo tidak ada hasil kerjanya yang dinikmati jutaan warga DKI Jakarta
17.Prabowo pengusaha yang tidak sukses terutama di bidang pabrik kertas
18.Prabowo orangnya suka hidup mewah
19.Prabowo suka mengaku-ngaku keturunan Pangeran Diponegoro
20.Prabowo punya program kerja yang benar-benar pro rakyat tapi tidak realistis
21.Prabowo cenderung pro kapitalis asing atau negara lain
22.Prabowo belum punya pengalaman sebagai Gubernur DKI Jakarta
23.Prabowo partai Gerindra di DPR tidak berhasil menghemat APBN
24.Prabowo tidak pernah mempelopori pembangunan MRT, monorail, terminal terpadu, kampung deret dll.
25.Prabowo punya gagasan-gagasan kurang realistis dan dinikmati banyak orang
25.Prabowo tidak punya rencana jangka menengah untuk mengatasi banjir, sampah dan kemacetan
26.Prabowo kurang menghargai semua lawan maupun kawan politiknya
27.Prabowo kurang mau menerima rakyat, baik di kantor maupun di rumahnya
28.Prabowo belum pernah kerja sama dengan KPK, PPATK, kepolisian, dll
29.Prabowo didukung Gerindra, partai yang kurang solid dan tidak memenangkan Pileg 2014
30.Prabowo tidak pernah mempunyai tingkat popularitas dan elektabilitas yang selalu teratas
31.Prabowo belum pernah diakui dan dihargai pemimpin-pemimpin dunia
32.Prabowo berkepribadian emosional, egoistik atau intuitif
33.Prabowo pernah terkena isu pelanggaran HAM
34.Prabowo namanya kurang disebut di Google dibandingkan capres lainnya
35.Prabowo kurang didukung seluruh lapisan rakyat, mulai dari petani, buruh hingga alumni, dll
36.Prabowo sering mengeluh
37.Prabowo suka mencela, mengolok-olok,dll. terhadap capres lainnya.
38.Prabowo kurang suka berbudaya Indonesia
39.Prabowo belum pernah mempelopori ke kantor memakai sepeda
40.Prabowo efek tidak membuktikan Gerindra sebagai pemenang pertama
41.Prabowo seorang lulusan akademi militer dan lulus biasa-biasa saja
42.Prabowo kurang berbakti kepada orang tuanya
43.Prabowo punya track record yang kurang baik
44.Prabowo tidak mempunyai sifat shiddiq/jujur, tabligh/aspiratif, amanah.terpercaya dan fathonah/mampu.
45.Prabowo diduga pernah melanggar hukum
46.Prabowo pernah diberhentikan dari TNI AD oleh Wiranto dan dipindahtugaskan oleh BJ Habibie
47.Prabowo belum pernah menjadi walikota, bupati apalagi gbernur
48.Prabowo belum punya pengalaman di pemerintahan
49.Prabowo kurang punya kemandirian dalam berpikir dan mengambil keputusan
50.Prabowo lebih suka memecahkan masalah secara individual
51.Prabowo suka mengobral janji-janji sorga kepada rakyat
52.Prabowo kurang adil dalam memberikan perhatian terhadap keluarga
53.Prabowo suka caci-maki dengan kata-kata yang kurang santun
54.Prabowo kurang sabar menghadapi bermacam-macam rintangan maupun kendala
55.Prabowo kurang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi
56.Prabowo belum pernah mengundang semua raja dan sultan se-Indonesia
57.Prabowo tidak punya kedaulatan politik, kedaulatan pangan dan kedaulatan budaya
58.Prabowo tidak punya kalimat-kalimat humoris
59.Prabowo kurang berhati-hati dalam berbicara.
60.Prabowo 100% suka kerja di belakang meja dan cuma menerima laporan-laporan ABS
61.Prabowo kurang punya penampilan merakyat dan bersikap “ndoroisme”
62.Prabowo seorang muslim yang emosional
63.Prabowo punya citra yang kurang baik hasil dari pribadi yang kurang baik
64.Prabowo sering mengiklankan diri secara besar-besaran di TV
65.Prabowo berpenampilan tidak santai tetapi stres maupun galau
66.Prabowo berpandangan tidak jelas dan selalu mempunyai keyakinan untuk menang yang kurang realistis
67.Prabowo didukung hanya beberapa Grup Pro Prabowo atau Prabowo Lover bayaran
68.Prabowo Semakin dicacimaki,elektabilitasnya semakin merosot
69.Prabowo kurang disukai semua karyawannya di perusahaan kertasnya
70.Prabowo kurang bergaul dengan masyarakat sekitarnya
71.Prabowo orang Jawa yang kurang berbudaya Jawa
72.Prabowo kurang suka music dalam maupun luar negeri
73.Prabowo tidak punya ribuan tim sukses tanpa bayaran
74.Prabowo sangat jarang dikunjungi tokoh-tokoh olah ragawan internasional, musisi internasional, dll.
75.Prabowo tiap hari jarang jadi bahan berita di berbagai TV, surat kabar, majalah, blog/website, sosmed,dll
76.Prabowo punya pendukung yang suka memfitnah
77.Prabowo kurang disukai semua golongan usia, mulai dari anak-anak usia PAUD hingga kakek-nenek
78.Prabowo kurang suka bekerja lebih suka menyuruh orang lain untuk mengerjakannya
79.Prabowo tidak didukung jutaan Prabowo Lovers di Facebook maupun di Grup-Grup sosmed
80.Prabowo suka koalisi dagang sapi dan bagi-bagi kursi
81.Prabowo tidakmungkin membentuk kabinet presidensial yang profesional
82.Prabowo melalui Fadli Zon suka membuat puisi-puisi sindiran yang bersifat negatif
83.Prabowo para pendukungnya sering melakukan black campaign maupun negative campaign
84.Prabowo sebagai capres, mempunyai tingkat elektabilitas hanya 15% (hasil polling Stan Greeberg)
85.Prabowo dianggap punya motto “Aku Isoopo” yang merupakan ungkapan yang realistis
86.Prabowo tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan “kalkulasi politik”
87.Prabowo tidak mempunyai dukungan yang kuat di 99% negara-negara di dunia
88.Prabowo agak sombong. Sering merendahkan martabat capres lainnya
89.Prabowo kurang bias menghargai perbedaan pendapat
90.Prabowo sosok temperamental
91.Prabowo tokoh emosional bukan tokoh rasional
92.Prabowo seorang lulusan pendidikan militer
93.Prabowo seorang politisi yang karirnya kurang lancar, tidak pernah jadi kader
94.Prabowo seorang menantu yang kurang baik dan pernah bertengkar dengan mertuanya
95.Prabowo tipe-tipe pemimpin yang suka ngeyel
96.Prabowo tidak didukung Komunitas Indigo (orang yang IQ tinggi dan indera keenam tajam)
97.Prabowo menurut teori Daniel Goleman atau Anthony Dio Martin : mempunyai EQ rendah
98.Prabowo mempunyai self-awareness rendah
99.Prabowo mempunyai self-management rendah
100.Prabowo mempunyai keyakinan yang skeptis: Menang yang tidak realistis

 

Oleh: psikologi2009 | Mei 3, 2014

PSIKOLOGI: 100 Alasan Rakyat Memilih Jokowi

FACEBOOK-Psikologi100AlasanRakyatMemilihJokowi
MEMILIH capres-cawapres itu harus rasional. Tidak boleh secara emosional berdasarkan ilmu kira-kira selera atau emosi. Tidak boleh memilih berdasarkan egoistik ataupun intuitif. Harus rasional. Harus ada pertimbangan-pertimbangan yang positif, objektif didukung data atau fakta yang nyata. Kenapa rakyat memilih capres Jokowi? Tentu ada ada alasan-alasan rasionalnya. Dengan kata lain, memilih capres atau calon pemimpin haruslah rasional, faktual, objektif dan realistis. Jangan berdasarkan ilmu kira-kira atau berdasarkan pertimbangan selera atau emosi subjektif.

100 alasan rakyat memilih capres Jokowi
Rakyat pasti punya landasan atau basis berpikir yang logis, benar dan objektif.

1.Jokowi berkepribadian baik
2.Jokowi tidak pernah membalas hujatan dengan hujatan
3.Jokowi lebih suka bekerja daripada debat kusir
4.Jokowi lebih suka adu program dan adu prestasi daripada adu emosi
5.Jokowi beberapa kali mendapat penghargaan internasional
6.Jokowi difitnah namun tetap tegar (semua fitnah tak ada bukti otentiknya)
7.Jokowi tidak mencalonkan diri tetapi dicalonkan rakyat (sesuai ajaran Islam)
8.Jokowi sudah naik haji dan tidak emosional
9.Jokowi rumah tangganya akur (tidak pernah cerai)
10.Jokowi perusahaannya lancar dan tidak pernah terlibat utang hingga triliunan rupiah
11.Jokowi selalu membayar gaji/upah karyawannya dengan layak dan lancar (tidak pernah diutang)
12.Jokowi memang pernah ingkar janji, tapi demi kepentingan bangsa dan negara yang lebih luas
13.Jokowi tegas dalam mengambil keputusan, termasuk menjatuhkan sanksi
14.Jokowi suka blusukan dalam rangka melihat fakta sebenarnya secara langsung
15.Jokowi dicintai rakyat yang saling berebut berjabat tangan dan foto bersama
16.Jokowi hasil kerjanya banyak dan sudah dinikmati jutaan warga DKI Jakarta
17.Jokowi pengusaha yang sukses terutama di bidang ekspor furniture atau mebel
18.Jokowi orangnya sederhana
19.Jokowi tidak pernah mengaku-ngaku keturunan Prabu Hayamwuruk atau siapapun juga
20.Jokowi punya program kerja yang benar-benar pro rakyat
21.Jokowi tak mau didikte negara lain saat mau pinjam uang internasional. Lebih baik tidak utang.
22.Jokowi berhasil meningkatkan PAD DKI Jakarta lebih dari 30%
23.Jokowi berhasil menghemat APBN DKI Jakarta sekitar 30%
24.Jokowi yang mempelopori pembangunan MRT, monorail, terminal terpadu, kampung deret dll.
25.Jokowi punya gagasan-gagasan realistis yang sudah dan akan dinikmati banyak orang
25.Jokowi punya rencana jangka menengah-panjang untuk mengatasi banjir, sampah dan kemacetan
26.Jokowi tetap menghargai semua kawan maupun lawan politiknya
27.Jokowi mau menerima rakyat, baik di kantor maupun di rumah kedinasannya
28.Jokowi anti korupsi (kerja sama dengan KPK, PPATK, kepolisian, dll)
29.Jokowi didukung PDI-P, partai yang solid dan memenangkan Pileg 2014
30.Jokowi mempunyai tingkat popularitas dan elektabilitas yang selalu teratas
31.Jokowi diakui dan dihargai pemimpin-pemimpin dunia
32.Jokowi berkepribadian rasional, tidak emosional, tidak egoistik maupun intuitif
33.Jokowi tidak pernah terkena isu pelanggaran HAM
34.Jokowi namanya lebih banyak disebut di Google dibandingkan capres lainnya
35.Jokowi didukung seluruh lapisan rakyat, mulai dari petani, buruh hingga para alumni ITB,UI, dll
36.Jokowi tidak pernah mengeluh
37.Jokowi tidak pernah memfitnah, menghasut, mencela, mengolo-olok,dll. terhadap capres lainnya.
38.Jokowi suka berbudaya Indonesia
39.Jokowi mempelopori ke kantor memakai sepeda
40.Jokowi efek membuktikan PDI-P sebagai pemenang pertama
41.Jokowi seorang sarjana lulusan PTN yang berkualitas
42.Jokowi berbakti kepada orang tuanya
43.Jokowi punya track record yang baik
44.Jokowi mempunyai sifat shiddiq/jujur, tabligh/aspiratif, amanah.terpercaya dan fathonah/mampu.
45.Jokowi tidak pernah melanggar hukum
46.Jokowi tidak pernah dipecat dari manapun juga
47.Jokowi terpilih sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, bukti Jokowi didukung rakyat
48.Jokowi punya pengalaman di pemerintahan
49.Jokowi punya kemandirian dalam berpikir dan mengambil keputusan
50.Jokowi lebih suka memecahkan masalah melalui musyawarah atau dialog sosial
51.Jokowi tidak pernah mengobral janji-janji sorga
52.Jokowi tetap memberikan perhatian yang adil terhadap keluarga
53.Jokowi membalas caci-maki dengan kata-kata yang santun
54.Jokowi cukup sabar menghadapi bermacam-macam rintangan maupun kendala
55.Jokowi memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi
56.Jokowi, gubernur pertama yang berhasil mengundang semua raja dan sultan se-Indonesia
57.Jokowi punya program Trisakti : kedaulatan politik, kedaulatan pangan dan kedaulatan budaya
58.Jokowi punya kalimat-kalimat humoris
59.Jokowi berhati-hati dalam berbicara.
60.Jokowi tidak suka 100% kerja di belakang meja dan tidak suka  cuma menerima laporan-laporan ABS
61.Jokowi punya penampilan merakyat dan tidak “ndoroisme”
62.Jokowi seorang muslim yang taat beribadah
63.Jokowi punya citra yang baik bukan hasil pencitraan tetapi hasil dari pribadi yang baik
64.Jokowi tidak pernah mengiklankan diri secara besar-besaran di TV, radio dll
65.Jokowi berpenampilan santai tetapi serius. Tidak pernah stress maupun galau
66.Jokowi berpandangan optimis dan selalu mempunyai keyakinan untuk menang
67.Jokowi didukung 600 Grup Pro Jokowi atau Jokowi Lover relawan (tidak dibayar)
68.Jokowi ibarat bola bekel. Semakin dicacimaki,elektabilitasnya semakin melambung tinggi
69.Jokowi disukai semua karyawannya di perusahaan furniture/mebelnya
70.Jokowi satu-satunya walikota yang dipilih 90% warganya
71.Jokowi orang Jawa yang tetap berbudaya Jawa
72.Jokowi penyuka musik dan disukai para pemusik dalam maupun luar negeri
73.Jokowi punya ribuan tim sukses atau jutaan relawan tanpa bayaran
74.Jokowi sering dikunjungi tokoh-tokoh olahragawan internasional, musisi internasional, dll.
75.Jokowi tiap hari jadi bahan berita di berbagai TV, surat kabar, majalah, blog/website, sosmed,dll
76.Jokowi tidak pernah membalas fitnah dengan fitnah
77.Jokowi disukai semua golongan usia, mulai dari anak-anak usia PAUD hingga kakek-nenek
78.Jokowi lebih suka bekerja, bekerja dan bekerja daripada mencaci-maki capres-capres lainnya
79.Jokowi didukung jutaan Jokowi Lovers di Facebook maupun di Grup-Grup sosmed
80.Jokowi tidak suka koalisi dagang sapi tetapi kerja sama tanpa bagi-bagi kursi
81.Jokowi akan membentuk kabinet presidensial yang profesional
82.Jokowi tidak pernah membuat berita bohong
83.Jokowi tidak pernah melakukan black campaign maupun negative campaign
84.Jokowi sebagai capres, mempunyai tingkat elektabilitas 61% (hasil polling Stan Greenberg)
85.Jokowi punya motto “Rapopo” yang merupakan ungkapan yang realistis
86.Jokowi mempunyai kemampuan untuk melakukan “kalkulasi politik”
87.Jokowi mempunyai dukungan yang kuat di 99% Negara-negara di dunia
88.Jokowi tidak sombong. Tidak pernah merendahkan martabat capres lainnya
89.Jokowi menghargai perbedaan pendapat
90.Jokowi bukan sosok temperamental
91.Jokowi tokoh intelektual bukan tokoh emosional
92.Jokowi seorang sarjana kehutanan yang pastinya pro kelestarian hutan
93.Jokowi seorang politisi yang karirnya sangat lancar dari kader, walikota, gubernur dan capres
94.Jokowi seorang menantu yang baik dan tidak pernah bertengkar dengan mertuanya
95.Jokowi bukan tipe-tipe pemimpin yang suka ngeyel
96.Jokowi didukung Komunitas Indigo (orang yang IQ tinggi dan indera keenam tajam)
97.Jokowi menurut teori Daniel Goleman atau Anthony Dio Martin : mempunyai EQ (Emotional Quotient) terbaik
98.Jokowi mempunyai self-awareness tinggi
99.Jokowi mempunyai self-management tinggi
100.Jokowi mempunyai keyakinan dan optimisme yang positif : Menang!

Oleh: psikologi2009 | Mei 3, 2014

PSIKOLOGI: 100 Alasan Saya Memilih Jokowi

FACEBOOK-Psikologi100AlasanSayaMemilihJokowi

MEMILIH capres-cawapres atau calon pemimpin itu harus rasional. Tidak boleh secara emosional berdasarkan ilmu kira-kira selera atau emosi. Tidak boleh memilih berdasarkan egoistic ataupun intuitif. Harus rasional. Harus ada pertimbangan-pertimbangan yang positif, objektif dodukung data atau fakta yang nyata. Kenapa saya memilih capres Jokowi? Tentu ada adalasan-alasan rasionalnya. Degan kata lain, memilih capres atau calon pemimpin haruslah rasional, factual, objektif dan realties. Jangan berdasarkan ilmu kira-kira atau berdasarkan pertimbangan selera atau emosi subjektif.

100 alasan saya memilih capres Jokowi
Sebagai alumni 6 (enam) perguruan tinggi, tentu saya punya banyak landasan atau basis berpikir yang logis, benar dan objektif.

1.Jokowi berkepribadian baik
2.Jokowi tidak pernah membalas hujatan dengan hujatan
3.Jokowi lebih suka bekerja daripada debat kusir
4.Jokowi lebih suka du program dan adu prestasi daripada adu emosi
5.Jokowi beberapa kali mendapat penghargaan internasional
6.Jokowi difitnah namun tetap tegar (semua fitnah tak ada bukti otentiknya)
7.Jokowi tidak mencalonkan diri tetapi dicalonkan rakyat (sesuai ahajaran Islam)
8.Jokowi sudah naik haji dan tidak emosional
9.Jokowi rumah tangganya akur (tidak pernah cerai)
10.Jokowi perusahaannya lancar dan tidak pernah terlibat utang hingga triliunan rupiah
11.Jokowi selalu membayar gaji/upah karyawannya dengan layak dan lancar (tidak pernah diutang)
12.Jokowi memang pernah ingkar janji, tapi demi kepentingan bangsa dan Negara yang lebih luas
13.Jokowi tegas dalam mengambil keputusan, termasuk menjatuhkan sanksi
14.Jokowi suka blusukan dalam rangka melihat fakta sebenarnya secara langsung
15.Jokowi dicintai rakyat yang saling berebut erjabat tangan dan foto bersama
16.Jokowi hasil kerjanya banyak dan sudah dinikmati jutaan warga DKI Jakarta
17.Jokowi pengusaha yang sukses terutama di bidang ekspor furniture atau mebel
18.Jokowi orangnya sederhana
19.Jokowi tidak pernah mengaku-ngaku keturunan Prabu Hayamwuruk atau siapapun juga
20.Jokowi punya program kerja yang benar-benar pro rakyat
21.Jokowi tak mau didikte Negara lain saat mau pinjam uang internasional. Lebih baik tidak utang.
22.Jokowi berhasil meningkatkan PAD DKI Jakarta lebih dari 30%
23.Jokowi berhasil menghemat APBN DKI Jakarta sekitar 30%
24.Jokowi yang mempelopori pembangunan MRT, monorail, terminal terpadu, kampong deret dll.
25.Jokowi punya gagasan-gagasan realistis yang sudah dan akan dinikmati banyak orang
25.Jokowi punya rencana jangka menengah untuk mengatasi banjir, sampah dan kemacetan
26.Jokowi tetap menghargai semua jawan maupun lawan politiknya
27.Jokowi mau menerima rakyat, baik di kantor maupun di rumah kedinasannya
28.Jokowi anti korupsi (kerja sama dengan KPK, PPATK, kepolisian, dll)
29.Jokowi didukung PDI-P, partai yang solid dan memenangkan Pileg 2014
30.Jokowi mempunyai tngkat popularitas dan elektabilitas yang selalu teratas
31.Jokowi diakui dan dihargai pemimpin-pemimpin dunia
32.Jokowi berkepribadian rasional, tidak emosional, tidak egoistik maupun intuitif
33.Jokowi tidak pernah terkena isu pelanggaran HAM
34.Jokowi namanya lebih banyak disebut di Google dibandingkan capres lainnya
35.Jokowi didukung seluruh lapisan rakyat, mulai dari petani, buruh hingga parav alumni ITB,UI, dll
36.Jokowi tidak pernah mengeluh
37.Jokowi tidak pernah memfitnah, menghasut, mencela, mengolo-olok,dll. terhadap capres lainnya.
38.Jokowi suka berbudaya Indonesia
39.Jokowi mempelopori ke kantor memakai sepeda
40.Jokowi efek membuktikan PDI-P sebagai pemenang pertama
41.Jokowi seorang sarjana lulusan PTN yang berkualitas
42.Jokowi berbakti kepada orang tuanya
43.Jokowi punya track record yang baik
44.Jokowi mempunyai sifat shiddiq/jujur, tabligh/aspiratif, amanah.terpercaya dan fathonah/mampu.
45.Jokowi tidak pernah melanggar hukum
46.Jokowi tidak pernah dipecat dari manapun juga
47.Jokowi terpilih sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, bukti Jokowi didukung rakyat
48.Jokowi punya pengalaman di pemerintahan
49.Jokowi punya kemandian dala berpikir dan mengambil keputusan
50.Jokowi lebih suka memecahkan masalah melalui musyawarah atau dialog social
51.Jokowi tidak pernah mengobral janji-janji sorga
52.Jokowi tetap memberikan perhatian yang adil terhadap keluarga
53.Jokowi membalas caci-maki dengan kata-kata yang santun
54.Jokowi cukup sabar menghadapi bermacam-macam rintangan maupun kendala
55.Jokowi memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi
56.Jokowi, gubernur pertama yang berhasil mengundang semua raja dan sultan se-Indonesia
57.Jokowi punya program Trisakti : kedaulatan politik, kedaulatan pangan dan kedaulatan budaya
58.Jokowi punya kalimat-kalimat humoris
59.Jokowi berhati-hati dalam berbicara.
60.Jokowi tidak suka 100% kerja di belakang meja dan Cuma menerima laporan-laporan ABS
61.Jokowi punya penampilan merakyat dan tidak “ndoroisme”
62.Jokowi seorang muslim yang taat beribadah
63.Jokowi punya citra yang baik bukan hasil pencitraan tetapi hasil dari pribadi yang baik
64.Jokowi tidak pernah mengiklankan diri secara besar-besaran di TV, radio dll
65.Jokowi berpenampilan santai tetapi serius. Tidak pernah stress maupun galau
66.Jokowi berpandangan optimis dan selalu mempunyai keyakinan untuk menang
67.Jokowi didukung 600 Grup Pro Jokowi atau Jokowi Lover relawan (tidak dibayar)
68.Jokowi ibarat bola bekel. Semakin dicacimaki,elektabilitasnya semakin melambung tinggi
69.Jokowi disukai smua karyawannya di perusahaan furniture/mebelnya
70.Jokowi satu-satunya walikota yang dipilih 90% warganya
71.Jokowi orang Jawa yang tetap berbudaya Jawa
72.Jokowi penyuka musik dan disukai para pemusik dalam maupun luar negeri
73.Jokowi punya ribuan tim sukses tanpa bayaran
74.Jokowi sering dikunjungi tokoh-tokoh olah ragawan internasional, musisi internasional, dll.
75.Jokowi tiap hari jadi bahan berita di berbagai TV, surat kabar, majalah, blog/website, sosmed,dll
76.Jokowi tidak pernah membalas fitnah dengan fitnah
77.Jokowi disukai semua golongan usia, mulai dari anak-anak usia PAUD hingga kakek-nenek
78.Jokowi lebih suka bekerja, bekerja dan bekerja daripada mencaci-maki capres-capres lainnya
79.Jokowi didukung jutaan Jokowi Lovers di Facebook maupun di Grup-Grip sosmed
80.Jokowi tidak suka koalisi dagang sapi tetapi kerja sama tanpa bagi-bagi kursi
81.Jokowi akan membentuk kabinet presidensial yang profesional
82.Jokowi tidak pernah membuat berita bohong
83.Jokowi tidak pernah melakukan black campaign maupun negative campaign
84.Jokowi sebagai capres, mempunyai tingkat elektabilitas 61% (hasil polling Stan Greenberg)
85.Jokowi punya motto “Rapopo” yang merupakan ungkapan yang realistis
86.Jokowi mempunyai kemampuan untuk melakukan “kalkulasi politik”
87.Jokowi mempunyai dukungan yang kuat di 99% Negara-negara di dunia
88.Jokowi tidak sombong. Tidak pernah merendahkan martabat capres lainnya
89.Jokowi menghargai perbedaan pendapat
90.Jokowi bukan sosok temperamental
91.Jokowi tokoh intelektual bukan tokoh emosional
92.Jokowi seorang sarjana kehutanan yang pastinya pro kelestarian hutan
93.Jokowi seorang politisi yang karirnya sangat lancar dari kader, walikota, gubernur dan capres
94.Jokowi seorang menantu yang baik dan tidak pernah bertengkar dengan mertuanya
95.Jokowi bukan tipe-tipe pemimpin yang suka ngeyel
96.Jokowi didukung Komunitas Indigo (orang yang IQ tinggi dan indera keenam tajam)
97.Jokowi menurut teori Daniel Goleman atau Anthony Dio Martin : mempunyai EQ tinggi
98.Jokowi mempunyai self-awareness tinggi
99.Jokowi mempunyai self-management tinggi
100.Jokowi mempunyai keyakinan yang positif : menang!

Hariyanto Imadha
Pengamat perilaku
Pecinta Psikologi
Sejak 1973

 

FACEBOOK-PsikologiKemenanganPilpresTidakDitentukanBanyaknyaKoalisiMaupunKursi
PILEG dan pilpres adalah dua hal yang berbeda, walaupun saling berkaitan. Pileg basis kemenangannya adalah jumlah suara ataupun jumlah kursi. Hal ini karena ada kaitannya dengan syarat pencapresan. Sedangkan pilpres itu hal lain lagi. Kemenangan seorang capres tidak lagi ditentukan jumlah koalisi maupun kursi (walaupun itu penting), namun lebih ditentukan oleh faktor popularitas dan elektabilitas .
Ada dua factor utama kemenangan capres
Yaitu:

1.Faktor popularitas
2.Faktor elektabilitas

Ad.1.Popularitas
Popularitas atau ketenaran nama seorang capres pastilah merupakan salah satu faktor kemenangan. Namun popularitas di sini haruslah popularitas yang putih bersih. Artinya, rakyat akan memilih capres yang dianggapnya jujur dan bersih. Bahkan jika perlu, capres yang namanya tiap hari selalu menjadi bahan berita di TV, radio, surat kabar, blog atau website dan media massa lainnya.

70% rakyat masih awam politik
Namun harus diakui bahwa rakyat Indonesia masih banyak yang awam politik. Mereka tidak tahu apa artinya track record, kompetensi ataupun integritas capres. Rakyat juga tidak tahu kriteria capres yang berkualitas. Rakyat memilih masih berdasarkan ilmu kira-kira. Bahkan boleh dikatakan memilih secara tidak rasional. Masih secara subjektif. Bahkan mudah dikadalin para politisi apalagi kalau ada faktor money politicnya. Betapapun juga, sebagian besar rakyat tetap punya rasa kepercayaan kepada capres yang paling popular.

Ad.2.Elektabilitas
Elektabilitas atau tingkat keterpilihan adalah rasa percaya yang diberikan oleh rakyat kepada capres idolanya. Rasa percaya bisa muncul akibat berita-berita yang baik tentang sosok capres. Karena tiap hari tiap saat selalu mendengar nama capres yang menjadi bahan berita, apalagi capres tersebut diberitakan sebagai capres yang bersih, jujur dan punya prestasi nasional maupun internasional, maka tingkat elektabilitasnya semakin tinggi.

Black campaign dan negative campaign
Di negara manapun, dalam setiap kampanye politik pasti memunculkan efek black campaign maupun negative campaign.

1.Black campaign
2.Negative campaign

Ad.1.Black campaign
Black campaign atau kampanye hitam yaitu kampanye yang disengaja atau tidak sengaja merupakan kampanye yang tidak didukung fakta ataupun bukti. Merupakan kampanye fitnah.

Contoh:

Kampanye bahwa ayah Jokowi adalah seorang keturunan China atau Tionghoa.

Ad.2.Negatif campaign
Negative campaign atau kampanye negatif adalah kampanye berdasarkan fakta, tetapi biasanya fakta itu dilakukan orang lain, diplintir, tidak lengkap, dikurangi atau ditambahi.

Contoh:
Jokowi dituduh akan menjual aset negara apabila terpilih sebagai presiden. Sebab, Megawati selama menjadi presiden juga menjual aset negara. Hal ini karena Jokowi dan Megawati sama-sama dari PDI-P.

Logika keblinger
Pada umumnya black campaign maupun negative campaign merupakan kampanye yang menggunakan logika-logika keblinger. Tidak ada argumentas yang benar-benar logis dan benar, rasional dan faktual serta realistis. Hanya memberi kesan materinya benar. Termasuk bersifat menghasut rakyat.

Kampanye informatif dan faktual
Yaitu kampanye yang berdasarkan fakta yang tidak bisa dibantah karena berdasarkan fakta yang diketahui oleh umum. Sebagai suatu kebenaran yang tidak mungkin bisa dibantah karena banyak bukti dan saksi.

Contoh
Adanya capres yang cerai, pernah diberhentikan dari TNI AD, pernah dipindahtugaskan oleh BJ Habibie, banyak karyawan perusahaannya yang berbulan-bulan belum digaji dan semacamnya. Kampanye itu bersifat informatif  didukung fakta dan saksi yang cukup banyak.

Black campaign dan negative campaign versus popularitas dan elektabilitas
Secara bertahap rakyat pemilih menjadi semakin cerdas dan berwawasan luas. Hal ini karena semakin banyaknya media massa berupa TV, internet, surat kabar, radio dan media massa sosial lainnya. Juga ditambah banyaknya rakyat yang berpendidikan tinggi. Juga mudahnya transportasi dari desa ke kota dari pedalaman ke kota besar yang mengakibatkan terjadinya interaksi dan semakin meluasnya informasi.

Efeknya yaitu, rakyat yang mendengar black campaign dan negative campaign sekitar 30% percaya dan 70% tidak percaya. Hal ini karena faktor popularitas dan elektabilitas menyumbang 70% kemenangan seorang capres.

Fitnah tidak mempan
Fitnah, caci maki, olok-olok, celaan, hasutan, hujatan dan semacamnya yang ditujukan ke seorang capres tidak mempan sejauh capres yang diserang mempunyai sikap yang tenang dan tidak emosional. Tidak membalas semua serangan pribadi. Paling tidak, membalas semua serangan pribadi dengan guyonan-guyonan yang menyegarkan.

Emosional versus rasional
Dari sudut psikologi, emosi tidak boleh dibalas dengan emosi, tetapi harus dibalas dengan rasionalitas. Ibarat api yang tidak boleh dibalas dengan api, melainkan harus dibalas dengan air. Apipun akan padam kalau disiram air dalam jumlah yang cukup. Artinya, seorang capres yang terus difitnah dan diserang dan tidak melakukan pembalasan, justru akan mendapatkan nilai plus. Justru tingkat popularitas dan elektabilitasnya semakin meningkat.

Boomerang effect
Boomerang effect atau efek bumerang akan terjadi justru terhadap para pemfitnah. Rakyat yang sebagian besar melihat capres yang terbukti bersih, jujur dan sabar justru akan menaruh antipasti terhadap para penyebar fitnah dan semacamnya. Dan orang-orang yang antipasi terhadap para pemfitnah jumlahnya tiap hari akan semakin bertambah. Berita-berita yang menyudutkan capres jujur tidak akan dipercaya. Sudah ada keyakinan yang melekat pada rakyat bahwa capres pilihannyalah yang benar dan para pemfitnahlah yang salah.

Boomerang effect menguntungkan lawan politik
Dalam praktek, capres yang paling banyak mendapat serangan fitnah, kampanye hitam maupun kampanye negatif, justru akan mendapatkan kemenangan. Sebab, boomerang effect justru meningkatkan tingkat popularitas dan elektabilitas capres yang jujur. Dengan kata lain, akibat kebodohan para pemfitnah, justru capres yang jujur yang memetik kemenangan.

Kesimpulan
Rasa-rasanya kurang realistis atau bahkan tidak realistis kalau ada capres yang popularitas dan elektabilitasnya berada di peringkat kedua, ketiga dan seterusnya merasa optimis akan memenangkan pilpres. Kecuali melalui cara-cara curang, tidak etis dan atau melakukan black campaign serta negative campaign secara berlebihan. Apalagi disertai proses money politic yang berlebihan.
Semoga bermanfaat

Hariyanto Imadha
Pengamat perilaku
Sejak 1973

Oleh: psikologi2009 | April 28, 2014

PSIKOLOGI: Jokowi Haters Perlu Dikasihani

FACEBOOK-PsikologiJokowiHatersPerluDikasihani

MENURUT pakar psikologi Carl Gustav Jung, ada tiga macam kepribadian manusia. Yaitu kepribadian rasional, emosional dan intuitif atau egoistik. Kepribadian rasional adalah seseorang yang dalam kehidupannya selalu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang rasional. Sedangkan kepribadian emosional yaitu kepribadian yang dalam segala sikap hidupnya berlandaskan pada emosi semata. Sedangkan kepribadian intuitif atau egoistik yaitu kepribadian di mana seseorang perilakunya dipengaruhi oleh intuisi atau sikap egoistiknya. Kebetulan, capres Jokowi memiliki kepribadian rasional. Capres Prabowo bisa dikategorikan berkepribadian temperamental atau emosional. Sedangkan ARB merupakan capres yang memiliki kepribadian kategorinya intuitif atau egoistik.

Jokowi Lovers dan Jokowi Haters
Menjelang Pileg 2014 maupun Pilpres 2014, muncul istilah Jokowi Lovers dan Jokowi Haters semata-mata karena berdasarkan hasil survei dari berbagai lembaga survei menunjukkan bahwa Jokowi selalu menempati peringkat pertama dalam hal popularitas maupun elektabilitasnya. Jadi tak heran muncul Jokowi Lovers sebagai pendukung capres Jokowi dan sebaliknya muncul juga Jokowi Haters yang bersikap anti- Jokowi.

Jokowi Haters perlu dikasihani
Namun berdasarkan analisa psikologi, para Jokowi Haters perlu dikasihani karena sikap mereka yang anti-Jokowi paling sedikit mempunyai lima kelemahan.

Yaitu:

1.Tidak memahami Psikologi
2.Tidak memahami ilmu logika
3.Tidak memahami ilmu politik
4.Tidak memahami ajaran Islam
5.Tidak memahami ilmu statsistik

Ad.1.Tidak memahami Psikologi
Mereka tidak faham Psikologi Kepribadian (Personality Psychology) sehingga tidak mampu menilai kepribadian para capres.

Ciri-cirinya:
-Tidak tahu mana capres yang rasional, mana yang emosional dan mana yang intuitif atau egoistik
-Tidak memahami perilaku capres di masa lampaunya
-Tidak tahu ciri-ciri capres yang bersih, jujur dan santun
-Terpengaruh oleh penampilan fisik atau figur
-Terpengaruh oleh iklan-iklan di TV, radio, surat kabar maupun di blog/website

Ad.2.Tidak memahami ilmu logika
Mereka tidak faham Ilmu Logika (Epistemology) sehingga cara berlogika dalam memilih capres tidak didukung logika-logika yg logis dan benar.

Ciri-cirinya:
-Cara berlogikanya dogmatis-statis. Merasa pendapatnya sendiri yang benar. Pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapatnya selalu dianggap salah
-Bersikap subjektif dan tak mampu melihat masalah secara objektif, rasional dan faktual
-Cara memilih capres tidak didukung oleh alasan-alasan yang logis dan benar.
-Tidak bisa membedakan mana berita yang benar dan mana berita yang salah
-Percaya mentah-mentah terhadap berita tentang “keburukan-keburukan” capres lain padahal itu berita fitnah dari sumber yang tidak jelas atau tidak credible.

Ad.3.Tidak memahami ilmu politik

Mereka tidak faham Ilmu Politik sehingga tidak tahu ciri-ciri capres yang negarawan dan yang bukan negarawan

Ciri-cirinya:
-Tidak faham tentang track record, prestasi riwayat hidup, masa lalu,integritas, kapabilitas, akseptabilitas, popularitas maupun elektabilitas masing-masing capres
-Memilih capres hanya berdasarkan selera atau emosi
-Tidak mau mengakui keburukan-keburukan terhadap capres yang dipilihnya
-Tidak tahu apa bedanya pemimpin dan negarawan dan tidak tahu pula apa bedanya politisi dan negarawan
-Memilih capres tidak berdasarkan pertimbangan ilmu politik atau politik melainkan berdasarkan Ilmu Kira-Kira

Ad.4.Tidak memahami ajaran Islam
Mereka tidak faham ajaran Islam tentang ciri-ciri pemimpin yang berkualitas menurut Islam.

Ciri-cirinya:
-Tidak tahu syarat-syarat pemimpin yang baik menurut Islam, yaitu shiddiq/jujur, tabligh/aspiratif, amanah/terpercaya dan fathanah/mampu
-Tidak tahu kalau capres yang mencalonkan diri (tidak dicalonkan rakyat) menurut Islam adalah capres yang mencapreskan diri berdasarkan ambisi bukan berdasarkan amanah dari rakyat
-Tidak bisa membedakan mana capres yang sudah naik haji dan mana capres yang belum naik haji
-Selalu bersikap suudzon terhadap capres yang lain yang Islami tetapi selalu husnudzon terhadap capres pilihannya yang sebenarnya kurang atau tidak Islami
-Bersikap takliq atau sami’na wa’ athona. Apapun yang dikatakan capres pilihannya dianggap 100% benar dan tidak mungkin salah.

Ad.5.Tidak memahami ilmu statistik
Mereka tidak faham Ilmu Statistik sehingga tidak mampu membuat Forecast atau prediksi berdasar metode Least Square dari berbagai hasil survei.

Ciri-cirinya:
-Tidak bisa membedakan mana lembaga survei yang credible dan yang tidak credible
-Percaya terhadap hasil survei yang sesuai seleranya walaupun itu dari lembaga survei abal-abal yang tidak bonafide
-Tidak tahu atau tidak mampu menggunakan data-data statistik tentang tingkat popularitas maupun tingkat elektabilitas capres-capres yang dipilihnya maupun capres-capres lainnya
-Tidak mampu melihat perkembangan kemajuan dan kemunduran capres berdasarkan data-data statistik
-Tidak mampu melakukan kalkulasi politik berdasarkan perolehan suara pada pileg maupun berdasarkan data-data quick count maupun hasil survei dari lembaga-lembaga survei yang credible.

Akibatnya:

1.Mereka memilih capres hanya berdasarkan selera atau emosi
2.Mereka salah memilih capres
3.Capres pilihannya pasti kalah

Hariyanto Imadha
Pengamat Perilaku
Sejak 1973

 

FACEBOOK-PsikologiKalauMudahTersinggung

PENGALAMAN penulis menunjukkan, ada beberapa masyarakat kita yang sebenarnya mudah tersinggung, celakanya suka berbeda pendapat. Maka yang terjadi adalah perdebatan-perdebatan yang tidak menguntungkan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Bahkan orang demikian mudah mengucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak etis, tidak sopan, kasar dan cukup menyakitkan hati. Kemudian sering bermusuhan, memutuskan tali silaturahim dan tidak menutup kemungkinan menyimpan rasa dendam. Sering merasa kalah dan ingin membalas dendam

Penyebab reaksi tersinggung
1.Ada orang lain berpendapat dan dia berbeda pendapat
2.Dia berpendapat dan ada orang lain yang berbeda pendapat

Ad.1.Ada orang lain berpendapat dan dia berbeda pendapat
-Si A (orang lain) berpendapat bahwa Jokowi itu capres yang terbaik karena sikapnya yang shiddiq/jujur, tabligh/aspiratif, amanah/terpercaya daan fathonah/mampu.
-Si B (dia) pun berpendapat bahwa capres Prabowo lebih baik karena Prabowo orangnya tegas, berani dan jujur.
-Akhirnya terjadi perbedaan pendapat (belum sampai perdbatan). Si B tersinggung karena merasa pendapatnya tidak dihargai dan merasa pendapatnya disalahkan terus.
-Akhirnya Si B emosional dan mencaci maki Si A dengan kata-kata yang tidak etis.

Ad.2.Dia berpendapat dan ada orang lain yang berbeda pendapat
-Si B (dia) punya pendapat bahwa Ryacudu Ryamizard lebih cocok menjadi cawapresnya Jokowi daripada Jusuf Kalla maupun Mahfud MD. Sebab, Jusuf Kalla dianggap pengusaha yang tidak nasionalis sedangkan Mahfud MD dianggap hanya mencari keuntungan pribadi saja.
-Si A berbeda pendapat. Katanya, Mahfud MD cocok dengan Jokowi, sebab Jokowi seorang Nasionalis-Agamais sedangkan Mahfud MD seorang Agamais-Nasionalis. Jadi, pasangan Jokowi dan Mahfud MD-lah yang paling ideal
-Si B merasa tersinggung karena pendapatnya dianggap salah. Diapun “ngeyel” dan mengatakan pendapatnyalah yang benar. Si A tetap berpendapat bahwa Jokowi-Mahfud MD jauh lebih sesuai. Terjadilah perbedaan pendapat. Si B pun mengucapkan kata-kata yang tidak etis.

Kenapa seseorang mudah tersinggung?
Ada beberapa orang mudah tersinggung.

-Harga diri atau gengsi yang terlalu tinggi
-Merasa lebih p i daripada orang lain
-Merasa pendapatnya selalu benar
-Tidak terbiasa menghargai perbedaan pendapat
-Wawasan berpikirnya sempit

Apa yang harus dilakukan orang yang mudah tersinggung?
Ada empat hal utama yang harus dilakukan.

1.Jangan berbeda pendapat
2.Jangan berdebat
3.Bertanya
4.Diam

Ad.1.Jangan berbeda pendapat
Sikap yang paling aman yaitu jangan berbeda pendapat dengan orang lain. “Iya”-kan saja pendapat orang lain. Ikuti saja alur pemikiran orang lain.

Ad.2.Jangan berdebat
Kalau mudah tersinggung, tidak usah berdebat karena emosinya pasti memuncak dan akan menmbulkan efek yang kurang baik.

Ad.3.Bertanya
Kalau memang tidak mengerti pendapat orang lain, lebih bijaksana kalaau bertanya dan semakin banyak bertanya semakin baik.

Ad.4.Diam
Kalau tidak sependapat dengan pendapat orang lain, sebaiknya diam saja. Dengarkan saja pendapat orang lain tanpa berarti mengatakan setuju atau tidak setuju. Bahkan ada baiknya menghindari orang-orang yang selalu berbeda pendapaat dengan .

Apa reaksi orang yang mudah tersinggung?
Antara lain:

-Mengucapkan kata atau kalimat yang kurang etis
-Memutuskan tali silaturahim
-Dendam dan ingin membalas dendam
-Kalau di Facebook : langsung meremove atau memblokir

Beberapa kasus remove/blokir yang tidak rasional di Facebook
Terkadang kita menemukan Facebooker yang mudah tersinggung dan langsung meremove/memblokir akun FB dengan alasan emosional

-Karena GR (gede rasa)
-Karena mudah tersinggung
-Faktor “like or dislike”
-Karena merasa pendapatnya tidak dihargai
-Karena merasa benar sendiri

Meremove/memblokir akun FB dengan alasan yang rasional
Namun meremove/memblokir status FB orang lain bisa dibenarkan kalau ada alasan rasional

-Karena Facebooker lain suka menyerang pribadi
-Karena suka melecehkan
-Suka ngeyel dan SNOB (sok tahu, so mengerti atau sok pintar)
-Menggunakan kata-kata yang tidak etis, tidak sopan, suka menggurui, suka menyalahkan dan semacamnya
-Karena tidak menggunakan foto profil fotonya sendiri dan atau menggunakan nama samaran serta identitasnya tidak ada atau tidak jelas.

Bagaimana solusi untuk mengatasi rasa ketersinggungan?
Ada beberapa cara.

-Latihan berbeda pendapat
-Biarkan orang lain bicara apa saja
-Dengarkan pendapatnya dengan tenang
-Tidak perlu emosional
-Menggunakan kata-kata atau kalimat-kalimat yang etis
-Jangan memutus tali silaturahim
-Jika menghadapi orang yang sama-sama mudah tersinggung, tidak usah berbeda pendapat
-Jangan suka ngeyel
-Mencoba memberikan pengertian dengan argumentasi yang masuk akal
-Tidak perlu menyimpan dendam

Orang-orang yang perlu dihindari
Yaitu orang-orang yang tidak mendatangkan kenyamanan bagi kondisi psikologis

-Suka ngeyel dan SNOB (sok tahu, sok mengerti atau sok pintar)
-Suka menyalahkan
-Suka memaksakan pendapat
-Tidak pernah menghargai pendapat
-Berkepribadian pendendam

Semoga bermanfaat

Hariyanto Imadha
Pengamat Perilaku
Sejak 1973

 

Oleh: psikologi2009 | April 21, 2014

PSIKOLOGI: Mengenal Kepribadian Jokowi, Prabowo dan ARB

POLITIK-PsikologiKepribadianJokowiPrabowoARB

PEMILU Presiden atau pilpres tinggal satu dua bulan lagi. Muncul sekitar tiga capres. Pada saat sekarang muncul tiga nama : Jokowi, Prabowo dan ARB di mana Jokowi mempunyai elektabilitas tertinggi, Prabowo peringkat kedua dan ARB peringkat ketiga. Masalahnya adalah, 70% pemilih merupakan pemilih yang memilih berdasarkan Ilmu Kira-Kira. Tidak tahu track record, prestasi apalagi kepribadian capres. Artikel ini membahas kepribadian ketiga capres tersebut berdasarkan teori psikologi yang selama ini berlaku secara universal dan internasional.

Apakah kepribadian itu?
Kepribadian menurut Psikologi
Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi saya akan menggunakan teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. (Sumber: //buatcontekaries.blogspot.com/2012/05/arti-dan-definisi-kepribadian.html).

Proses pembentukan kepribadian
Proses Pembentukan Kepribadian pada dasarnya ada tiga aliran.

1. Aliran Konvergensi, kepribadian merupakan hasil perpaduan antara pembawaan (faktor internal) dengan pengalaman (faktor eksternal).
2. Aliran nativisme, kepribadian ditentukan oleh faktor pembawaan.
3. Aliran empirisme (tabularasa), kepribadian ditentukan oleh pengalaman dan lingkungannya (Sumber: //ips-web-id.blogspot.com/2011/08/proses-pembentukan-kepribadian.html)

Tipe kepribadian

Menurut Carl Gustav Jung, Tipe kepribadian menurut fungsinya ada 4:
1. Kepribadian rasional, yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh akal pikiran sehat.
2. Kepribadian intuitif, yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh firasat atau perasaan kira-kira.
3. Kepribadian emosional, kepribadian yang dipengaruhi oleh perasaan.
4. Kepribadian sensitif, kepribadian yang dipengaruhi oleh panca indera sehingga cepat bereaksi.
(Sumber: //ips-web-id.blogspot.com/2011/08/proses-pembentukan-kepribadian.html)

Kepribadian kepribadian rasional
Mengutamakan rasio; contohnya filsuf Hegel, kepribadian emosional mengutamakan emosi; contohnya orang yang mudah emosi, kepribadian sensitif mengutamakan perasaan; contohnya pengarang dan dramawan Eropa pada abad XVIII (Sumber: //id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120314230020AA0AAn9).

Tipe kepribadian berdasarkan reaksinya terhadap lingkungan ada tiga kategori:

1. Kepribadian ekstrovert, yaitu kepribadiaan yang terbuka, berorientasi ke luar sehingga sifatnya ramah, suka bergaul dan mudah menyesuaikan diri
2. Kepribadian introvert, yaitu kepribadian yang tertutup dan berorientasi pada diri sendiri sehingga sifatnya pendiam, tidak senang bergaul, suka menyendiri dan sukar menyesuaikan diri
3. Kepribadian ambivert, yaitu kepribadian campuran yang tidak bisa digolongkan pada kedua tipe tersebut karena sifatnya bervariasi (Sumber: //ips-web-id.blogspot.com/2011/08/proses-pembentukan-kepribadian.html)

Mengenal Kepribadian Jokowi, Prabowo dan ARB

Kepribadian Jokowi
Mengacu kepada teori psikologi di atas, maka Jokowi bisa dikategorikan sebagai pribadi yang berkepribadian rasional. Lebih menitikberatkan pada aspek rasional daripada aspek emosional.

Ciri-cirinya:
-Jokowi tidak pernah membalas serangan-serangan pribadi, olok-olok, fitnah, caci maki celaan-celaan dan semacamnya dengan pertimbangan tidak ada manfaatnya
-Jokowi lebih suka membantah apabila ada informasi yang tidak benar atau melakukan klarifikasi tentang hal-hal yang tidak selayaknya
-Jikowi tidak pernah memberikan tanggapan ataupun reaksi yang bersifat emosional
-Jokowi lebih menitikberatkan bekerja, bekerja dan bekerja daripada berdebat. Dengan kata lain, sedikit bicara banyak bekerja.
–Jokowi berkepribadian ekstrovert (merakyat) namun tidak mengorbankan kepentingan pribadi yang penting. Kadang-kadang juga bisa mengarah ambivert.

-Para pemilih Jokowi:
Adalah masyarakat yang mempunyai berpikir secara rasional. Memilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan objektif, rasional dan faktual.
.

Kepribadian Prabowo
Berdasarkan teori psikologi yang berlaku universal, Prabowo bisa dikategorikan sebagai pribadi yang emosional.

Ciri-cirinya:
-Prabowo suka mengolok-olok lawan politiknya atau siapa saja yang dianggap lawannya
-Prabowo menggunakan kata-kata atau pilihan kata-kata yang dianggap bisa melukai perasaan orang yang dijadikan sasarannya dan dengan demikian dia merasakan kepuasan psikologis (yang semu)
-Prabowo mudah terpengaruh oleh faktor lingkungan tanpa pertimbangan-pertimbangan yang rasional
-Prabowo sering mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan emosi daripada pertimbangan rasional
-Prabowo juga berkepribadian introvert, lebih memprioritaskan kepentingan diri sendiri daripada orang lain.

Para pemilih Prabowo
Juga bisa dikategorkan masyarakat yang emosional juga. Tidak tahu atau tidak peduli track record Prabowo yang kurang baik. Cara bertindaknya emosional dan tidak mau memperdulikan pendapat orang lain yang benar. Cara berpikirnya apriori, subjektif dan tidak faktual.

Kepribadian ARB
Berdasarkan teori psikologi yang universal, ARB tergolong berkepribadian egoistik atau intuitif. Langkah-langkah yang diambil bukanlah langkah-langkah rasional maupun emosional melainkan hanya berdasarkan Ilmu Kira-Kira.

Ciri-cirinya:
-ARB, walaupun fakta menunjukkan elektabilitasnya seagai capres endah, namun dia tetap berpegang pada ilmu kira-kira bahwa semuanya dianggap serba mungkin. Artinya, berdasarkan intuisinya (yang salah) merasa tetap yakin akan menang
-ARB sikapnya yang tidak mau menjadi cawapres merupakan manifestasi keyakinan yang tidak rasional dan tidak realistis
-ARB sikapnya yang tidak legowo untuk mengundurkan diri sebagai capres juga bukti ARB mempunyai kepribadian egoistik
-ARB juga berkepribadian ambivert (banyak variasinya). Antara lain seolah-olah pro rakyat, tapi juga memikirkan kepentingan bisnis pribadinya. Artinya, ARB nyapres karena juga punya ambisi atau motivasi bisnis.

Para pemilih ARB
Adalah golongan masyarakat yang egoistik juga. Memilih ARB hanya berdasarkan ilmu kira-kira juga. Terpesona oleh janji-janji sorganya selama kampanye tanpa tahu janjinya realistis atau tidak. Masyarakat pemilihnya rata-rata berpendidikan menengah ke bawah.

Semoga bermanfaat.

Hariyanto Imadha
Pengamat Perilaku
Sejak 1973

Oleh: psikologi2009 | April 11, 2014

PSIKOLOGI: Menulis Harus Punya Bakat?

FACEBOOK-PsikologiMenulisHarusPunyaBakat

ADA anggapan yang keliru, bahwa menulis itu harus punya bakat. Menulis skripsi, katanya harus punya bakat. Menulis karya ilmiah, katanya harus punya bakat. Menulis cerpen, katanya harus punya bakat. Menulis artikel, katanya harus punya bakat. Menulis berita, katanya harus punya bakat. Jadi wartawan, hharus punya bakat. Berenang, harus punya bakat. Padahal, tidak semua keterampilan atau kemapuan harus berdasarkan bakat. Bahkan, menulispunpun tidak harus punya bakat.

Apakah bakat itu?

Bakat adalah kemampuan atau potensi kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang sejak lahir. Misalnya yang berhubungan dengan seni (seni lukis, seni pahat, seni sastra, seni suara,seni tari dan berbagai seni lainnya. Bakat biasanya identik dengan sikap otodidak, yaitu kemampuan untuk belajar sendiri. Mempunyai sikap mandiri.

Teori Potentia dan Aktualita

Penulis punya teori Potentia dan Aktualita. Artinya, setiap manusia, sejak lahir sudah mempunyai  potensi yang sama. Hanya, secara aktualita (kenyataannya) bisa berbeda-beda. Ada yang nilai aktualitanya 10%, 20%, 30% hingga 100%. Tingkat maksimal aktualita setiap orang bisa berbeda-beda.

Potentia merupakan potensi bakat

Setiap orang sebenarnya sejak lahir punya potentia atau potensi apa saja. Potensi sikapnya pasif. Jika potensi diaktifkan maka jadilah potensi menjadi bakat. Artinya, semua orang yang potensi, bisa mempunyai bakat. Potensi ada di tiap gen yang dimiliki semua manusia.

Istilah tidak punya bakat istilah yang kurang tepat

Engan demikian, istilah tidak punya bakat sebenarnya merupakan istilah yang keliru. Sebab pada dasarnya semua orang punya bakat. Demikian juga istilah “harus punya bakat” juga istilah yang keliru, karena pada dasarnya semua orang punya bakat. Jadi, tidak diharuskanpun orang sudah punya bakat.Asal, potensinya diaktulitakan.

Minat

Walaupun tiap orang punya potensi atau potentia bakat yang sama, namun pengembangannya harus disertai minat. Tanpa adanya minat, bakat apapun tidak akan bisa dikembangkan.

Teori otak kiri, otak kanan dan otak tengah

Penelitian menunjukkan bahwa, dalam perkembangannya bakat-bakat itu akan mengristal le dalam tiga kelompok kemampuan. Yaitu kemampuan otak kiri yang merupakan kemampuan kuantitatif (berhitung, matematika dan semacamnya), otak kanan  yang merupakan kemampuan kualitatif (seni dan semacamnya) dan otak tengah yang mempunyai kemampuan kuantitatif maupun kemampuan kualitatif.

Pengembangan bakat

Karena tiap orang sejak lahir punya bakat yang sama, maka seseorang yang punya minat tertentu, bisa mengembangkannya dengan cara latihan-latihan.

Perlunya pemahaman teori

Tentu, untuk mengembangkan bakat melalui minat, perlu mempelajari teori-teori dan mempraktekkan teori-teori itu melalui latihan-latihan yang terus menerus tanpa mengenal rasa putus asa.

Bakat menulis

Berangkat dari teori bakat di atas, maka sebenarnya setiap orang juga punya bakat menulis. Bedanya, ada yang punya minat menulis dan ada yang tidak punya minat untuk menulis. Ada yang punya minat menulis tetapi ada yang tahu teorinya dan ada yang tidak tahu teorinya. Ada yang tahu teorinya tapi mau melakukan latihan-latihan tetapi adaa juga yang tidak mau melakukan latihan-latihan.

Siapa saja bisa menjadi penulis

Karena sejak lahir semua manusia punya bakat apa saja, maka setiap orang sebenarnya bisa saja menjadi penulis, asal punya niat,  mau mempelajari teorinya, mau latihan dan mau mempraktekkannya secara terus-menerus.

Tentu kualitasnya berbeda

Tentu, kualitas menulis seseorang bisa berbeda. Ada yang tertarik artikel-artikel kuantitatif (matematika dan semacamnya), ada yaang suka menulis naskah-naskah kualitatif (novel dan semacamnya), namun ada juga yang mempunyai kemampuan menulis tulisan kuantitatif maupun kualitatif.

Bukti

Bukti bahwa setiap orang punya bakat menulis:

-Suka membuat status di Facebook

-Bisa membuat surat cinta

-Bisa membuat komen-komen yang menjelek-jelekkan Jokowi

-Bisa membuat laporan kerja

-Bisa membuat puisi, karangan, cerpen

-Bisa menulis apa saja

Kesimpulan

1.Pada dasarnya semua orang sejak lahir punya potentia dan jika dikembangkan potentia akan menjadi bakat. Artinya, potentia bakat sudah ada sejak lahir.

2.Pada dasarnya semua orang sejak lahir punya bakat menulis

3.Bakat menulis bisa dikembangkan asal ada minat, kemauan,pemahaman teori,latihan dan praktek terus menerus yang dilakukannya dengan senang hati.

4.Kualitas penulisan tentu berbeda-beda tiap orang karena tiap orang punya pola pikir yang berbeda-beda.

5.Skema: Potentia —>Bakat—>Minat—>Teori—>Latihan—Praktek.

Semoga bermanfaat

Hariyanto Imadha
Pengamat Perilaku
Sejak 1973

 

 

 

PSIKOLOGI-SemakinBanyakIlmuYangAndaMiliki

SEBAGIAN orang dan mungkin banyak orang Indonesia yang perilaku berpikirnya mempengaruhi caranya berbicara dan berperilaku fisik. Yaitu cara berpikir yang kurang benar atau bahkan tidak benar. Misalnya, kalau melihat motor memakai kanopi/atap, maka mereka tertawa terbahak-bahak. Menganggap pemilik motor itu aneh dan bodoh. Pikir mereka :” Bodoh! Motor kok pakai atap. Kalau hujan ya pakai mantel hujan atau jaket hujan”. Atau :” Walaupun memakai kanopi motor, tetap saja kehujanan”. Secara implisit atau eksplisit, mereka menganggap pengemudi motor berkanopi itu orang bodoh. Padahal, motor berkanopi sudah lama ada di China, Jepang, Hongkong, Italia, Inggeris, Italia, Swiss dan lain-lain. Bahkan Di Indonesia juga ada beberapa warga yang memakai motor berkanopi. Mereka yang menganggap bodoh juga tak bisa membedakan pengertian “kanopi” (anti panas” ) dengan “super kanopi” (anti hujan).

Tuntutlah ilmu walaupun hingga ke negeri China/Tiongkok

Ungkapan itu sering kita dengar. Maksudnya adalah, di samping kita belajar ilmu agama, maka kita juga wajib belajar ilmu-ilmu non-agama. Semakin banyak ilmu yang kita pelajari, semakin luas wawasan berpikir kita. Maka semakin mudah kita memahami masalah. Semakin mudah kita mencari alternatif solusi.  Bisa kita belajar sendiri (dengan syarat kalau memiliki jiwa otodidak), bisa belajar dengan guru (dengan syarat gurunya  cerdas), bisa dengan cara sekolah atau kuliah (dengan syarat mampu secara ekonomi)  dan bisa dengan cara membaca buku-buku (dengan syarat kalau kita cerdas).

Gelar bukan tujuan

Menuntut ilmu sebanyak-banyaknya boleh saja. Tetapi bukan dengan tujuan mendapatkan gelar sarjana sebanyak-banyaknya kemudian kita pamer-pamerkan ke publik atau untuk disombongkan.  Juga bukan tujuan untuk dianggap sebagai orang hebat atau sok tahu segalanya. Kepandaiannya tetap terbatas pada ilmu yang dipelajari. Kalau di luar ilmunya sebaiknya bersikap jujur, kalau tidak tahu harus dikatakan tidak tahu.

Ilmu untuk diamalkan

“Filsafat padi” memang mengatakan “semakin berisi semakin merunduk”. Maksudnya, semakin banyak ilmu janganlah semakin sombong, pamer gelar sarjana dan semacamnya. Filsafaat yang lebih baik yaitu “filsafat air terjun”, di mana air terjun airnya akan mengaliri sawah-sawah dan membuat sawah-sawah menjadi subur dan padinya sangat bermanfaat bagi bangsa dan negara. Maksudnya, orang yang banyak ilmunya wajib mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu bisa sebagai pengajar (guru/dosen), melalui ceramah, melalui artikel yang dimuat di surat kabar/majalah/blog/website, menerbitkan buku, meng-upload di Facebook atau Twitter atau cara-cara lain yang tepat. Tujuannya yaitu, turut mencerdaskan bangsa.

Semakin banyak ilmu justru dianggap semakin bodoh

Aneh. Memang cara berpikir sebagian masyarakat kita aneh. Sama dengan uraian pendahuluan yang menganggap orang memakai kanopi motor adalah orang bodoh.  Demikian pula, seringkali omongan atau tulisan orang yang banyak ilmunya justru sering disalahkan. Bahkan penulisnya dianggap bodoh. Ini fakta dan penulis artikel ini juga banyak mempunyai pengalaman yang mendukung anggapan itu bahwa semakin banyak ilmu yang kita atau Anda miliki, maka orang akan menganggap kita a atau Anda semakin bodoh.

Orang yang banyak ilmunya dianggap bodoh

Filsuf Yunani, Plato, pernah mengatakan:

“Orang pandai tahu ciri-cirinya orang bodoh. Sebab, sebelum dia pandai, dia pernah jadi orang bodoh. Sebaliknya, orang bodoh tidak tahu ciri-cirinya orang pandai. Sebab, sebelum bodoh, dia tidak pernah menjadi orang pandai”.

Kenapa orang yang banyak ilmunya kadang-kadang dianggap bodoh?

Mungkin, kadang-kadang, mungkin juga sering, orang yang banyak ilmunya justru sering disalahkan dan atau bahkan dianggap bodoh. Ada beberapa penyebabnya.

1.Karena mereka ilmunya sedikit

2.Karena wawasan berpikirnya sempit

3.Karena cara berlogikanya yang dogmatis-pasif

4.Karena merasa pendapatnya selalu benar (kebenaran subjektif)

5.Karena tidak memahami apa yang ditulis/dikatakan oleh orang ilmunya banyak

Ad.1.Karena mereka ilmunya sedikit

Tidak semua orang yang ilmunya sedikit suka menyalahkan pendapat orang lain. Tetapi cukup banyak orang yang ilmunya sedikit menyalahkan pendapat orang lain, walaupun itu mungkin tidak dikatakan. Mereka menganggap pendapat orang yang ilmunya banyak itu salah, karena dianggap bertentangan dengan kebenaran dirinya. Mereka menganggap orang yang banyak ilmunya hanya teoritis saja. Menganggap orang yang banyak imunya tak punya karya apa-apa. Menganggap teori itu tidak penting. Bahkan di kalangan masyarakat ada yang berpendapat, sekolah tak perlu tinggi-tinggi, yang penting bisa baca tulis dan berhitung. Juga ada sebagian masyarakat tidak suka kalau pendapatnya disalahkan oleh orang yang ilmunya banyak. Oleh karena itu mereka cenderung “membela diri” dengan cara mempertahankan pendapatnya dan justru menyalahkan pendapat orang yang banyak ilmunya. Mereka cenderung berkepribadian “Ngeyelisme”.

Contoh:

Si B seorang sarjana lulusan satu perguruan tinggi. Apapun yang dikatakan Si A ((sarjana filsafa) tentang hal-hal yang berhubungan dengan logika, selalu disalahkan Si B. Bahkan dengan nada sok yakin dan penuh dengan emosi, mengatakan bahwa pendapat Si A salah. Tentu saja Si A yang paham ilmu filsafat dan paham ilmu logika lebih tahu dibandingkan Si B yang bukan sarjana filsafat. Si A tahu bahwa Si B tidak bisa membedakan pengertian “Logika” dan “Ilmu Logika”. Tidak bisa membedakan pengertian “Logika Awam” atau “Logika Spekulatif” dengan “Logika Akademik” atau “Logika Ilmiah”.

Ad.2.Karena wawasan berpikirnya sempit

Wawasan berpikir sempit bukan berarti orang yang ilmunya sedikit. Yang dimaksud berwawasan sempit adalah orang-orang yang tidak mengakui adanya alternatif lain. Tidak mengetahui adanya kemungkinan-kemungkinan lain. Tidak sadar kalau ada probabilitas-probabilitas yang lebih benar. Jadi, cara berpikirnya seperti katak dalam tempurung.

Contoh:

Si A paham Linguistik (Ilmu Bahasa). Tahu bagaimana cara membuat gelar sarjana yang benar. Tahu mana gelar yang salah dan mana gelar yang salah. Tahu bagaimana caranya memakai gelar sarjana yang salah. Si A mengatakan gelar Ir, Dra,BcHk, SPd, Msi adalah gelar-gelar yang salah. Si A juga mengatakan memakai gelar S1 dan S2 sekaligus (misalnya SH,MH) merupakan cara memakai gelar yang salah. Si A juga memberikan argumentasinya yang ilmiah. Namun Si B yang wawasan berpikirnya sempit menyalahkan pendapat Si A. Katanya, memakai gelar terserah pribadi masing-masing. Salah atau benar tidak urusan, yang penting orang lain tahu maksudnya. Gelar yang dipakainya sesuai yang tertulis di ijasah. Dan argumenttasiargumentasi lainnya yang tidak ilmiah dan tidak rasional.

Ad.3.Karena cara berlogikanya yang dogmatis-pasif

Cara berlogika dogmatis-pasif yaitu cara berlogika yang tidak bisa berubah. Tidak bisa menerima pendapat orang lain walaupun pendapat orang lain benar atau lebih benar. Mereka tetap beranggapan bahwa pendapatnyalah yang benar. Bahkan mereka merasa benar karena mengikuti apa kata gurunya/dosennya. Mereka menganggap benar karena menggunakan cara berlogika yang salah.

Contoh:

Si A yang paham Psikologi mengatakan, menilai orang itu jangan dari agamanya, ibadahnya,qatam Al Qur’annya, kekayaannya, gelar sarjananya, gelar hajinya atau pangkatnya, tetapi nilailah perilakunya. Walaupun Si B seorang sarjana (bukan sarjana psikologi) atau tidak paham psikologi, selalu mengatakan bahwa ibadah itu perlu, qatam Al Quran itu perlu. Si B tidak memahami maksud Si A, bahwa perilaku yang baik jauh lebih penting daripada beribadah atau qatam Al Quran. Maksudnya, ada juga orang yang rajin beribadah, qatam Al Quran, sudah haji, tetapi melakukan korupsi sapi. Si B menganggap Si A tidak menghargai rajin beribadah dan qatam Al Qur’an, padahal bukan itu maksud Si A. Pendapat yang salah itu semata-mata karena cara berlogika Si B yang dogmatis-pasif. Tidak mau menerima kebenaran dari orang lain. Menganggap kebenaran agama sebagai satu-satunya kebenaran.

Ad.4.Karena merasa pendapatnya selalu benar (kebenaran subjektif)

Memang ada orang yang egois. Individualis. Akibatnya cara berpikirnya subjektivisme. Apa yang dianggap tidak cocok dengan kepentingan atau seleranya, akan dianggap salah. Tetapi, kalau ada informasi atau pendapat orang lain yang dianggap menguntungkan bagi dirinya atau sesuai seleranya, maka pendapat itu dianggap benar. Pokoknya yang dijadikan tolok ukur kebenaran adalah kepentingan pribadinya.

Contoh:

Boleh dikatakan bahwa 100% orang—orang merasa bahwa pendapatnyalah yang benar. Boleh-boleh saja.  Di dalam setiap dialog, diskusi, tukar pikiran, proses membaca, seminar, perdebatan, berbeda pendapat, setiap orang pastilah merasa pendapatnyalah yang benar. Bahkan berani mengatakan pendapat orang lain yang salah dan pasti salah. Boleh-boleh saja merasa benar. Tetapi harus dipahami bahwa kebenaran itu ada dua macam. Yaitu, Kebenaran Subjektif dan Kebenaran Objektif. Kebenaran Subjektif yaitu kebenaran berdasarkan Logika Awam atau Logika Spekulatif yang mempunyai sifat baanyak salahnya daripada benarnya. Sedangkan Logika Akademik atau Logika Ilmiah adalah logika yang banyak benarnya daripada salahnya, sebab cara berlogikanya berdasarkan “rumus-rumus” logika yang berlaku sejak jaman Yunani hingga Kiamat Qubro nanti.

Ad.5.Karena tidak memahami apa yang ditulis/dikatakan oleh orang ilmunya banyak

Disadari atau tidak, orang yang ilmunya banyak seringkali menggunakan istilah-istilah yang jarang didengar atau dipahami oleh orang yang ilmunya sedikit. Bahkan kalimat-kalimatnya dianggap aneh dan sulit dipahami. Merekapun mengambil kesimpulan bahwa apa yang dikatakan oleh orang yang banyak ilmunya dianggap sebagai retorika saja. Dianggap hanya bermain kata-kata saja. Dianggap memutarbalikan fakta atau kebenaran. Apa yang bertentangan dengan pendapat mereka yang berlaku secara tradisi dan turun temurun, dianggap salah. Bahkan orang yang ilmunya banyak dianggap sebagai orang yang “pinter tapi keblinger”.

Contoh:

Si A juga seorang lulusan fakultas sastra yang paham soal satra dan bahasa. Mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada fatwa haram golput. Bahkan di Indonesia juga tidak ada fatwa haram golput. Yang ada adalah fatwa tentang hak pilih, yaitu setiap umat Islam wajib memilih pemimpin yang memenuhi syarat. Sekali lagi: Yang memenuhi syarat. Logikanya, kalau tidak ada yang memenuhi syarat tentunya golput tidak bisa dikatakan haram, sejau masih ada orang lain yang menggunakan hak pilihnya. Namun Si B mengatakan bahwa memilih pemimpin itu wajib.Berarti golput itu haram.Titik. Padahal fatwa MUI ada komanya, yaitu apabila ada calon pemimpin yang memenuhi syarat. Jelaslah Si B tidak mempunyai kemampuan untuk memahami fatwa dari MUI tersebut.

Kenapa ada anggapan yang salah terhadap orang yang punya banyak ilmu?

Ada beberapa faktor yang enyebabkan orang menganggap salah pendapat orang yang banyak ilmunya. Bahkan menganggapnya sebagai orang bodoh yang bisanya cuma berteori saja. Antara lain:

-Sistem pendidikan yang tidak berbasiskan Logics

-Sedikitnya pengetahuan atau ilmu pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki.

-Menganggap selesai sekolah/kuliah, maka tidak perlu belajar lagi

-Cara berlogika yang salah

-Pribadi egoistis-individualistis (ngeyelisme)

Lantas bagaimana solusinya?

Solusi bagi orang-orang yang ilmunya sedikit antara lain:

-Banyak membaca buku-buku

-Menyadari adanya kemungkinan lain yang benar dan lebih benar

-Kalau tidak mengerti sebaiknya banyak-banyak bertanya

-Menghindari sikap ngeyelisme

-Mau mengubah cara berlogikanya dari dogmatis-pasif menjadi dogmatis-aktif (mau dan sportif mengakui kebenaran yang dikatakan orang lain) dan tidak terburu-buru menilai atau mengambi kesimpulan.

Catatan:

1.Bukan maksud penulis meremehkan orang yang ilmunya sedikit, melainkan ingin mengatakan bahwa orang yang ilmunya sedikit seringkali kurang bisa memahami pendapat orang yang ilmunya banyak. Bisa dimaklumi.

2.Orang yang banyak ilmunya juga belum tentu orang pandai. Sebab, orang pandai adalah orang yang suka berkarya dan bisa memecahkan masalah secara efektif dan efisien dengan cara yang benar. Banyak ilmu memang banyak benarnya jika bicara tentang ilmunya. Tetapi, banyak ilmu saja tidak cukup kalau tidak didukung penguasaan dan pemahaman tentang Ilmu Logika, baik Logika Formal maupun Logika Material.

Semoga bermanfaat.

 

Hariyanto Imadha
Pengamat Perilaku
Sejak 1973

 

FACEBOOK-PsikologiMengenalPribadiPositiveThinkngDanNegativeThinking

DALAM kehidupan sehari-hari kita pasti pernah mengalami penilaian-penilaian negatif dari orang lain. Kita selalu dianggap salah, padahal belum tentu salah. Kita sering dikritik, padahal belum tentu kita mempunyai kekurangan. Kita sering dinilai negatif, padahal belum tentu negatif. Artinya, kita sering menghadapi orang-orang yang mempunyai kepribadian “Negative  Thinking”. Artikel ini penulis ambil dari pengalaman pribadi yang penulis kumpulkan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu di dalam contoh-contoh, penulis menggunakan kata “Saya”.

Apakah positive thinking itu?
Positive thinking yaitu orang yang selalu berpikir positif dalam menghadapi banyak hal. Yang negatif memang ada, tetapi yang dilihat adalah sisi-sisi positifnya sedangkan sisi-sisi negatifnya sedapat mungkin jangan sampai dimunculkan. Cara berpikirnya positif karena tujuannya positif.

Ciri-ciri positive thinking

-Tujuannya positif

-Bisa menerima pendapat orang lain walaupun berbeda

-Tidak suka membantah

-Tidak suka berdebat

-Berusaha memberikan pengertian dan pencerahan

-Bersikap menghargai orang lain

-Memahami cara berpikir orang lain

-Mencari dan mendapatkan kebenaran

-Tidak pernah salah paham

-Kreatif dan suka berkarya

-Tidak suka mencela melainkan meluruskan pendapat yang salah

-Selalu punya persepsi positif

-Selalu melihat masalah secara objektif (berdasarkan fakta)

Apakah negative thinking itu?

Negative  thinking yaitu orang yang selalu berpikir negatif dalam menghadapi banyak hal. Yang positif memang ada, tetapi yang dilihat adalah sisi-sisi negative  sedangkan sisi-sisi positifnya  sedapat mungkin jangan sampai dimunculkan. Cara berpikirnya negatif karena tujuannya negatif.

Ciri-ciri negative thinking

-Tujuannya negatif

-Selalu membantah pendapat orang lain yang berbeda

-Suka membantah (selalu membenarkan pendapatnya sendiri)

-Suka berdebat

-Berusaha membenarkan pendapatnya sendiri dan suka menyalahkan pendapat orang lain

-Bersikap tidak menghargai orang lain

-Tidak mau atau tidak mampu memahami pikiran orang lain

-Mencari dan mendapatkan “kemenangan”

-Sering salah paham

-Tidak kreatif dan tidak punya karya

-Suka mencela dan merasa pendapatnya yang paling benar

-Selalu punya persepsi negatif

-Selalu melihat masalah secara subjektif (tidak berdasarkan fakta)

Beberapa contoh

Berdasarkan pengalaman penulis, ada beberapa positive thinking yang selalu dipersepsikan secara negative thinking.

1.Dianggap bodoh karena tidak memakai gelar sarjana

Positive thinking:

Sejak diwisuda, saya boleh dikatakan tidak pernah memakai gelar sarjana. Tujuannya, saya ingin memberikanpencerahan ke masyarakat bahwa memakai gelar sarjana itu ada waktu dan tempatnya. Antara lain untuk kegiatan-kegiatan ilmiah. Gelar sarjana juga harus ditulis pada hal-hal yang relevan, misalnya kalau dalam kaitannya dengan profesi.

Negative thinking:

Karena saya tidak pernah memakai gelar sarjana, maka orang sering menganggap saya lulusan SMA. Bahkan dianggap orang bodoh, wawasan berpikirnya sempit dan pendapat-pendapat saya selalu disalahkan. Biasanya itu dilakukan oleh orang-orang yang belum mengenal saya secara pribadi, secara langsung atau tidak pernah sekampus dengan saya.

2.Dianggap tidak mengerti karena menggunakan istilah lain

Positive thinking:

Saya jadi nasabah bank itu sudah 30 tahun lebih dan suka berpindah-pindah bank. Suatu saat saya cerita ke teman-teman bahwa saya berhasil nego bunga deposito dari 4,25% per bulan menjadi 6,5% per bulan.

Negative thinking:

Teman-teman sayapun langsung menganggap saya tidak mengerti perbankan. Pendapat saya disalahkan. Katanya, bunga perbankan itu dihitung pertahun dan bukan per bulan. Padahal, kalau saya mengatakan bunga 6,5% per bulan itu maksudnya adalah bunga 6,5 % X pokok deposito/12. Hasilnya kan sama dengan 6,5% X pokok deposito per tahun dibagi 12.

3.Dianggap tidak mampu membeli mobil karena naik motor terus

Positive thinking:

Saya sejak SMA memang punya hobi naik motor. Bahkan punya cita-cita membuat motor amfibi. Naik motor praktis, hemat dan bisa mengatasi kemacetan lalu lintas.

Negative thinking:

Banyak orang, baik teman maupun tetangga yang menilai saya tidak mampu membeli mobil. Itu bias saya ketahui dari caranya mereka berbicara. Padahal, sebetulnya saya mampu membeli mobil tapi tidak membeli mobil karena alas an efisiensi.

4.Dianggap tidak mengerti karena tak pernah mengatakannya

Positive thinking:

Saya banyak sekali punya gagasan atau ide dan saya usulkan ke pemerintah. Banyak yang sudah direalisasikan pemerintah. Antara lain usul pengindonesiaan gelar sarjana, busway, peninggian separator busway, usul nama-nama halte bus,usul KTP Nasional dan E-KTP dan masih banyak lagi.

Negative thinking:

Orang yang tidak tahu, akan selalu menyalahkan saya kalau saya bicara tentang E-KTP atau mengritik pelaksanaan E-KTP yang saya nilai kurang sempurna. Padahal, saya sebagai pengusul KTP Nasional dan E-KTP, tentunya sangat memahami sekali soal-soal yang berhubungan dengan KTP Nasional maupun E-KTP. Rasanya lucu kalau saya yang mengusulkan E-KTP dianggap tidak mengerti E-KTP.

5.Dianggap meremehkan atau menganggap orang lain bodoh karena sering menggunakan kata koplak, bodoh, dungu, goblok dan semacamnya

Positive thinking:

Sebagai penulis kritik pencerahan (sejak 1973) tentu saya menggunakan bahasa yang berbeda. Ada kritik lunak, kritik sedang dan ritik keras. Kalau di surat kabar, saya menggunakan kritik lunak. Di blog/website saya menggunakan kritik sedang. Sedangkan di media social, saya menggunakan kritik keras. Antara lain menggunakan kata bodoh, dungu, bego, koplak, blegug an semacamnya (tanpa menyebutkan namanya). Tujuannya adalah sebagai “shock therapy”.

Negative thinking:

Namun, pembaca yang tidak faham psikologi-bahasa, akan menilai saya suka membodoh-bodohkan orang lain, suka meremehkan orang lain, suka menganggap orang lain bodoh, dianggap tidak menghargai orang lain, dianggap vulgat/kampungan, dianggap menyinggung perasaan orang lain dan semacanya. Padahal, mereka adalah orang-orang yang GR (gede rasa) karena artikel maupun tulisan-tulisan saya bersifat umum (tidak menyebut nama), kecuali nama buruk seseorang sudah diketahui umum. Misalnya, Anas Urbaningrum, Nazarudin dan lain-lain. Memang sulit menghadapi orang-orang yang GR.

6.Dianggap pamer ilmu atau sok pintar padahal mengamalkan ilmu

Positive thinking:

Sebagai penulis kritik pencerahan, tentu saja medianya adalah tulisan. Tentunya tulisan berbentuk artikel itu saya dukung kompetensi saya. Misalnya tentang psikologi, ilmu logika, ilmu ekonomi, politik, hokum, bahasa, computer dan lain-lain. Kebetulan saya banyak yang tahu karena sejak SMP saya punya hobi mebaca dan punya perpustakaan pribadi hingga ribuan buku. Nah, karena saya punya banyak ilmu, maka sebagai seorang muslim, saya mempunyai kewajiban untuk berbagi ilmu atau mengamalkan ilmu terutama tentang hal-hal yang jarang diketahui masyarakat luas.

Negative thinking:

Namun orang yang berkepribadian negative thinking salah paham. Mengira saya pamer ilmu, sok pintar, sarjana teoritis, tidak ilmiah, tidak bermutu, sokn tahu, sok mengerti. Bahkan saya dikatakan tidak mengikuti filsafat padi (semakin berilmu semakin merendahkan diri). Padahal yang saya anut adalah filsafat air terjun, di mana airnya mengaliri sawah-sawah supaya sawahnya subur. Artinya, saya mengamalkan ilmu dengan tujuan mencerdaskan bangsa.

7.Dianggap menghina agama Islam padahal yang dikritik adala perilaku orang Islamnya

Positive thinking:

Kalau saya mengritik, tujuannya pastilah positif. Apalagi kritik pencerahan. Misalnya, saya mengatakan sebagian umat Islam itu jorok. Buktinya, selesai shalat Ied sampah-sampah k9ran yang dibawa para jemaah, dibuang di sembarang tempat. Mengotori lapangan. Padahal, sampah-sampah itu bisa dibuang ke tempat yang seharusnya.

Negative thinking:

Namun, orang yang negative thinking menganggap saya menghina agama Islam. Padahal, yang saya kritik adalah sebagian orang Islam yang jorok. Tidak ingat ugkapan bahwa “Kebersihan adalah sebagian dari iman”. Bahkan, Nabi Muhammad SAW sendiripun mengajarkan kebersihan. Kebersihan itu berlaku di mana-mana, tidak cuma di masjid. Mengritik orang Islam yang jorok tidak sama dengan mengritik agama Islam. Sangat berbeda.

8.Dianggap alergi perbedaan pendapat. Padahal “berbeda pendapat” dan “asal berbeda pendapat” itu tidak sama

Positive thinking:

Bagi saya berbeda pendapat itu biasa-biasa saja. Bahkan tulisan-tulisan saya di berbagai surat kabar juga ditanggapi berbeda-beda. Ada yang pro dan ada yang kontra.

Negative thinking:

Namun, orang yang negative thinking mengira saya alergi perbedaan pendapat. Padahal, bagi saya, “berbeda pendapat” dan “asal berbeda pendapat” itu tidak sama. “Berbeda pendapat” itu dilakukan orang yang punyakompetensi. Misalnya, orang yang faham Ilmu Logika akan berbicara dari sudut Ilmu Logika. Sedangkan “asal berbeda pendapat” itu orang yang berbeda pendapat tapi tidak punya kompetensi. Misalnya tidak faham Psikologi tetapi merasa mengerti psikologi.

9.Dianggap sombong karena menunjukkan jati diri

Positive thinking:

Memang, saya pernah kuliah di 6 perguruan tinggi. Yang selesai 3 PT danyang tidak selesai 3 PT. Tidak selesai karena ada peraturan dari Kemendikbud bahwa mahasiswa PTN tidak boleh kuliah merangkap di sesame PTN karena pengaruhnya terhadap banyaknya subsidi SPP yang hanya dinikmati saya dan mahasiswa PTN yang merangkap kuliah. Dianggap meruikan Negara. Tidak selesai kuliah tidak beraryi tidak engerti. Say tetap kuliah secara mandiri, yaitu membaca buku-buunya secara otodidak. Nah, kalau saya mengatakan saya alumni 6 perguruan tinggi, saya sebenarnya cuma ingin mengatakan bahwa saya punya kompetensi atau kemampuan.

Negative thinking:

Tetapi, bagi negative thinking, saya dianggap sombong. Menyombongkan diri. Pamer kalau saya pernah kuliah di mana-mana. Menganggap saya sok hebat, sok pintar sok pamer. Dianggap saya meremehkan orang yang hanya lulusan satu perguruan tinggi. Padahal, saya menilai orang bukan dari latar belakang pendidikannya, tetapi dari wawasan berpikirnya. Sedih, menunjukkan jati diri dengan maksud positif, justru dianggap sombong.

10.Dianggap merasa benar terus padahal kebetulan memang benar terus

Positive thinking:

Karena saya memahami Ilmu Logika, yaitu ilmu yang mempelajari cara berpikir yang logis dan enar, tentu setyiap kali saya berpendapat, dasarnya adalah Ilmu Logika itu. Artinya,kecil kemungkinannya apa yang saya katakana itu salah. Sebab, sebelum saya menulis atau berkata, format-format berlogikanya saya siapkan terlebuh dulu. Sehingga boleh dikatakan 99,99% yang saya katakan atau saya tulis adalah merupakan kebenaran.

Negative thinking:

Namun, orang yang tidak memahami Ilmu Logika menganggap saya selalu merasa benar. Selalu menyalahkan pendapat orang lain. Padahal apa yang saya katakana adalah memang benar, bukan merasa benar. Kalau orang lain salah, memang salah, bukannya saya selalu menyalahkan. Ilmu logika mengatakan yang salah harus dikatakan salah dan yang benar harus dikatakan benar.

11.Disalahkan karena tidak sependapat dengan pendapat orang lain

Positive thinking:

Karena saya paham Ilmu Logika, tentu mudah sekali mengetahui kesalahan pendapat orang lain. Kalau saya tidak sependapat, tentu saya punya argumentasi yang panjang lebar.

Negative thinking:

Tetapi yang saya alami adalah, justru saya yang disalahkan. Karena bagi mereka, kebenaran itu sifatnya relative. Mereka juga merasa pendapatnyalah yang benar atau lebih benar. Mereka tidak tahu bahwa kebenaran itu ada dua macam. Yaitu, kebenaran objektif dan kebenaran subjektif. Saya yang faham Ilmu Logika tentu selalu berorientasi pada kebenaran objektif. Argumentasinya tentu cukup panjang.

12.Dianggap logikanya salah padahal memahami Ilmu Logika

Positive thinking:

Sebagai penulis kritik pencerahan, tentu punya tujuan meluruskan logika-logika yang bengkok. Misalnya, ada anggapan bahwa memilih dalam pemilu itu wajib. Padahal, memilih adalah “hak”, bukan “kewajiban”. Logika hak dan logika kewajiban pastilah berbeda.

Negative thinking:

Kenyataannya, banyak orang mencampuradukkan pengertian “hak” dan “kewajiban”. Bahkan ada yng anti golput, sinis terhadap golput, menyalahkan orang yang golput, menilai negative orang yang negative. Semua yang dikatakan tehadap golput bernuansa negative. Maklumlah, cara berpikir merka “negative thinking”.

13.Dianggap tidak menghargai pendapat orang lain padahal menunjukkan bahwa pendapat orang lain keliru

Positive thinking:

Saya kadang-kadang hal-hal yang sebenarnya. Mengatakan kebenaran. Tentu, saya kadang-kadang meluruskan pendapat orang lain yang salah. Argumentasinya pasti ada. Saya mengatakan salah atau benar karena berdasarkan Ilmu Logika yang saya pahami.

Negative thinking:

Lucunya, kalau saya mengatakan pendapat orang lain salah (wwalaupun secara diplomatis), dianggap saya tidak menghargai pendapat orang lain. Padahal salah atau benar itu ada caranya untuk menilainya. Memang, setiap orang merasa pendapatnya benar. Tetapi itu adalah kebenaran subjektif.

14 Dianggap bisanya cuma mengritik padahal salah satu aktivitasnya adalah sebagai “Penulis Kritik Pencerahan”

Positive thinking:

Sebagai penulis kritik pencerahan, kadang saya tulis di surat kabar, blog atau di Facebook. Semua tujuan kritik adalah baik, yaitu supaya yang dikritikkan sgera diperbaiki, Kritik disertai solusi atau tidak tergantung kepada siapa yang saya kritik. Juga, tergantung kepada masalah yang saya kritik. Kriti tidak harus disertai solusi atau saran,

Negative thinking:

Pastilah, ada suara-suara sinis yang mengatakan saya bisanya Cuma mengritik. Katanya, penulis kritik belum tentu bias melaksanakan, belum tentu bias berbuat lebih baik. Kalau orang mengritik harus bisa juga melakukannya, tentu ini logika yang lucu. Apakah kalau saya mengritik presiden, saya harus jadi presiden dan menunjukkan saya adalah presiden yang lebih baik? Apakah kalau saya mengritik seorang dosen, saya harus menjadi dosen? Apakah kalau saya mengritik ustadz, saya harus menjadi ustadz? Tentunya itu tidak realistis. Mengritik itu terbatas pada bagian-bagian tertentu saja.

15.Dianggap cuma teoritis saja

Positive thinking

Saya menulis artikel tujuannya adalah positif. Yaitu berbagi ilmu. Menyebaran ilmu. Turut mencerdaskan bangsa. Meluruskan logika-logika yang tidak lurus. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat. Artikel-artikel ataupun tulisan-tulisan yang saya buat pastilah terinspirasi dari berbagai buku yang pernah say abaca. Tujuannya positif.

Negative thinking

Ada juga yang menilai secara negative. Katanya, saya ini hanya teoritis saja. Hanya berteori saja. Seolah-olah kalau berteori itu salah. Padahal, tanpa teori orang tidak mungkin bisa praktek. Lagipula teori itu berdasarkan berbagai referensi dari beberapa pakar di bidangnya. Teori bisa hasil daripada penelitian, observasi atau hasil pemikiran yang mendalam. Gagasan ataupun usul itu juga teori. Bahkan beribadah atau shalatpun ada teorinya. Membaca Al Qur’anpun ada teorinya. Sebua teori kalau dasarnya ilmu, tentu tidak ada salahnya. Pendapat pribadi kalau benar secara ilmu logika, juga tidak perlu dissalahkan. Masalahnya adalah, negative thinking menilai teori sebagai hal yang tidak ada gunanya. Cara berpikirnya nihilisme. Justru, negative thinking tidak ada manfaatnya.

Kesimpulan

1.Positive thinking biasanya dimiliki oleh orang yang punya wawasan berpikir yang luas, walaupun berpendidikan rendah sekalipun.

2.Negative thinking bias saja dimiliki oleh siapa saja, terutama oleh mahasiswa/sarjana yang wawasan berpikirnya sempit.

Semoga bermanfaat

Hariyanto Imadha

Penulis Krtitik Pencerahan

Sejak 1973

Older Posts »

Kategori