PLATO pernah berkata :” Orang yang pandai, bisa membaca orang yang dihadapi adalah orang bodoh. Sebab, sebelumnya dia pernah menjadi orang bodoh. Tetapi, orang yang bodoh tidak akan pernah tahu bahwa orang yang dihadapinya adalah orang pandai, sebab dia sebelumnya belum pernah menjadi orang pandai“. Dalam kaitannya itulah, artikel ini dibuat. Sebab, pada dasarnya ada orang yang bodoh relatif dan ada orang yang bodoh permanen.
Bodoh relatif
Bodoh relatif adalag bodoh sementara. Hal ini bisa disebabkan sedikitnya ilmu pengetahuan yang dimilikinya. banyak hal yang tidak dipahaminya. Seringkali apa yang dikatakan merupakan pernyataan-pernyataan yang salah. Bahkan pengaruhnya terhadap caranya berlogika, sering salah. Secara umum, bodoh relatif dimiliki orang yang IQ-nya normal atau “average”. Kalau dalam bentuk angka kira-kira punya IQ 60. Bodoh relatif juga bisa terpengaruh ajaran gurunya, dosennya, guru agamanya atau ajaran atau pendapat orang lain yang dianggapnya benar padahal menyesatkan. Dan dia tidak tahu kalau itu menyesatkan.
Namun, orang yang mempunyai kebodohan relatif bisa berubah secara bertahap. Yaitu, apabila mempunyai cara berpikir dogmatis-aktif. Artinya, tidak alergi terhadap pendapat-pendapat atau teori-teori baru yang setelah dipelajari ternyata pendapat atau teori itu benar. Hal ini juga dimungkinkan apabila orang bodoh relatif mau menambah pengetahuannya dengan cara membaca buku-buku, surat kabar, artikel dan mau menerima pendapat dari orang yang lebih pandai dari dirinya. Juga, mempunyai sifat keterbukaan untuk menerima pendapat orang lain. Tidak mudah menyalahkan pendapat orang lain. Suka bertanya kepada orang lain yang dianggapnya memiliki kepandaian tertentu.
Bodoh relatif tidak hanya dimiliki orang yang berpendidikan rendah. Mereka yang sudah bergelar S1,S2 dan S3 juga bisa terkena sikap bodoh relatif ini. Beruntunglah, dia mau menerima perbedaan pendapat yang benar ataupun lebih benar. Dia biasanya juga suka bertanya apabila suatu saat ada hal-hal yang tidak dipahaminya.
Solusinya
Bodoh relatif bisa ditanggulangi apabila yang bersangkutan mau selalu bertanya apabila tidak mengerti, mau menambah pengetahuannya dengan cara-cara membaca banyak buku yang bermanfaat dan mau menerima perbedaan pendapat dan tidak bersikap “ngeyel”
Bodoh permanen
Bodoh permanen boleh dikatakan bodoh abadi. Artinya, sangat sulit untuk menjadi tidak bodoh. bahkan, bisa jadi sampi akhir hidupnya tetap bodoh. Hal ini disebabkan karena IQ-nya di bawah standar atau di bawah rata-rata. Kalau dalam bentuk angka, kira-kira IQ-nya 59 atau kurang. Format logikanya atau kualitas otaknya memang tidak bisa berkembang. Apa yang diyakini benar itulah yang benar. Sulit menerima pendapat orang lain yang lebih pandai. Walaupun membaca banyak buku, tetapi selalu salah menafsirkan arti buku tersebut. Kalau membaca status di Facebook, selalu diartikan secara salah. Tentu, juga disebabkan sedikitnya pengetahuan yang dimiliki. Pada umumnya orang yang bodoh permanen mempunyai ciri-ciri mempertahankan pendapatnya yang salah secara emosional. Atau, biasa disebut sikap “ngeyel”. Dia cenderung tidak mau bertanya kepada orang lain yang lebih pandai karena dia akan merasa bodoh kalau bertanya kepada orang lain yang lebih pandai. Bodoh permanen biasanya justru suka menyalahkan orang lain. Suka mencela orang lain dan suka menyerang pribadi orang lain. Ironisnya, justru suka membodoh-bodohkan orang lain.
Bodoh permanen tidak hanya dimiliki orang yang berpendidikan rendah. Mereka yang bergelar S1,S2 dan S3 juga bisa mengalami bodoh permanen. Pertanyaannya, kenapa orang bodoh permanen bisa sampai dapat gelar S1,S2 dan S3? Sudah menjadi rahasia umum bahwa mendapatkan gelar di Indonesia mudah. Asal ada uang, dijamin dapat gelar sarjana. Banyak perguruan tinggi “asal bayar”. Bahkan banyak pihak-pihak menjual gelar sarjana, baik secara legal maupun secara ilegal. Itulah sebabnya, walaupun sudah bergelar S1,S2 dan S3, ketika nasib baiknya dia ditunjuk menjadi menteri, maka hasil kerjanya tidak signifikan. Tidak ada kemajuan. Sarjana yang mengalami kebodohan permanen seringkali enggan menerima pendapat yang lebih benar. Masih mempertahankan gelar sarjananya yang salah (Ir,Dra,SmHk,Drs atau memakai dua gelar sekaligus SH,MH).
Solusi
Bodoh permanen apabila karena IQ-nya di atas rata-rata sangat sulit dan bahkan tidak bisa ditanggulangi. Seumur hidupnya akan tetap bodoh. Tetapi, kalau bodoh permanennya karena sikapnya yang kaku, bisa saja berubah kalau mau mengubah caranya berpikir dari dogmatis-pasif ke dogmatis-aktif. yaitu, sering bertanya jika tidak mengerti dan mau menerima pendapat orang-orang lain yang dianggapnya lebih pandai.
Kesimpulan
1.Bodoh relatif maupun bodoh permanen bisa kita dapati tidak hanya di kalangan masyarakat yang berpendidikan rendah. Mereka yang berpendidikan S1,S2 dan S3 juga bisa mengalami kebodohan relatif maupun permanen. Bahkan sebuah negara tidak akan bisa maju secara signifikan kalau presiden dan
semua menterinya tergolong bodoh permanen.
2.Bodoh relatif maupun bodoh permanen biasanya mempunyai ciri yang sama : suka “ngeyel”.
3.Hampir tidak ada orang bodoh merasa atau mengakui dirinya bodoh.
Semoga menambah wawasan berpikir Anda.
Hariyanto Imadha Pengamat Perilaku Sejak 1973
Makasih byk om,, artikelnya byk mencerahkan… Saya suka bgt bacanya,, coz bahasanya sederhana, mudah dimengerti n menyangkut prilaku orang sehari2 bahkan sy pun merasa tersindir saat om mengelompokan bbrp tipe orang berdasarkan sikap/kebiasaannya coz sy termasuk salah satu type yg om sebutkan …. 🙂 ,, pokoknya artikel2 om keren lah…. 🙂
By: siti Jamaliyah on Januari 26, 2014
at 10:27 pm
Bodoh permanen tapi bisa S1,S2,S3. IQ nya dibawah 59. Kumaha tah? Mungkin sebuah perjuangann..???
By: sasa on November 19, 2014
at 9:42 pm
Bodoh itu bsa keturunan,takdir,apa benar?
By: yayan pati on Mei 19, 2015
at 4:33 am
Minta solusinya om. Bagaimana supaya otak menjadi cerdas
By: Anonim on Juli 12, 2015
at 7:22 pm
tmakasih
gn kbar sanak
slam tun jang
By: haja,jang asli on November 27, 2015
at 6:18 pm
Artikelnya bagus pak,makasih
By: m hari s on Februari 11, 2016
at 1:28 pm
Saya mendapatkan pelajaran dari snihh
By: rumdonnyy on Februari 15, 2016
at 9:41 am
Wih gila,, bener banget nih..
Brrti saya harus rendah diri..
Sukses bro, bintang 5 buat pemahamannya (Mudah dipahami)..
By: orang miskin on Maret 18, 2016
at 6:00 am
mau tanya, kalo dia itu tidak bisa berpikir logika, tidak bisa berpendapat, tidak bisa berpikir jernih, tidak bisa cari solusi yang baik dan benar, apa itu tetmasuk bodoh apa gimana ?
By: eva on Oktober 13, 2016
at 9:09 am
Oke artkelnya bgus..ok gan kebodohan tidk slamanya negatif,lw kita bisa ambil positif nya maka itu adlah lngkah menuju perbaikan,l.;-(
By: Agung cahyono on November 3, 2016
at 12:01 pm
Trma ksih ats infonya,
By: Anonim on November 3, 2016
at 12:03 pm
tmn ana jg bodoh permanen tingkat dewa gan.. dia sllu ngomongin org lain itu begok pdhl hitungan jam aja dia gk tw cuyy.. tw nya cuma jam 1-12.. jam 13 dia gk tw maka nya dia gk prnh make hp krna dia bingung jam brpa klo waktu siang-mlm.. jd dia pake jam tangan. . . dan lbh gila nya lg dia sllu ngaku klo dia pinter cuyy.. usia nya aja udh hmpr 40 thn gk naik kls 3 thn tp ngaku nya pinter..
By: oyik on Maret 16, 2017
at 6:59 am