Oleh: psikologi2009 | Juni 8, 2012

PSIKOLOGI: Kenapa Ceramah Agama Belum Tentu Efektif Mencegah Moral Korupsi?

PENULIS yakin, semua orang pernah mendapat pendidikan agama, baik dari kedua orang tuanya, guru agama di sekolah, guru agama privat atau dengan cara-cara yang lain. Pertanyaannya adalah, kenapa ceramah agama tidak efektif mencegah praktek-praktek korupsi? Tentu jawabannya klise, bahwa tugas penceramah agama cuma menasehati, memberitahu mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas dan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Lebih klise lagi, mereka mengatakan, mereka tidak punya hak untuk memaksa orang lain untuk berbuat baik, sebab semuanya tergantung individu masing-masing. Walaupun terkesan lepas tangan, jawaban klise seperti itu memang masuk akal. Di mana-mana tugas penceramah agama ya cuma seperti itu.

A.Ceramah dari sudut ilmu komunikasi

Di dalam ilmu komunikasi, kita kenal dua istilah.

1.Komunikasi tidak efektif

2.Komunikasi efektif

ad.1.Komunikasi tidak efektif

Komunikasi tidak efekti adalah komunikasi yang tidak ada dampak positifnya terhadap komunikan (penerima komunikasi). Beberapa penyebab tidak efektifnya sebuah komunikasi antara lain:

a.Komunikasi hanya satu arah. Komunikator bicara sendiri. Sedangkan komunikan hanya berada posisi sebagai pendengar.

b.Tidak ada acara tanya jawab.

Selesai ceramah, para komunikanpun bubar. Tugas komunikator selesai. Komunikan yang tidak mengerti atau belum mengerti meninggalkan tempat ceramah dengan hasil tidak mengerti atau belum mengerti.

ad.2.Komunikasi yang efektif

Komunikasi efekti adalah komunikasi yang ada dampak positifnya terhadap komunikan (penerima komunikasi). Beberapa penyebab tidak efektifnya sebuah komunikasi antara lain:

a.Komunikasi dua arah. Komunikator berceramah dan sesekali mengajukan pertanyaan pada dirinya sendiri dan dijawab sendiri.

b.Ada acara tanya jawab.

Komunikator memberikan kesempatan bagi para komunikan untuk bertanya. Dengan adanya acara tanya jawab maka komunikan yang sebelumnya tidak mengerti, bisa mengerti dan jawaban dari komunikatorpun bermanfaat bagi para komunikan lainnya.

Selesai ceramah, para komunikan puas karena pulang dengan membawa pengertian.

B.Ceramah dari sudut cara membawakan ceramah

Komunikasi juga bisa efektif atau tidak efektif tergantung dari cara membawakan ceramah. Ada dua hal penyebabnya.

a.Ceramah yang monoton nonimajinasi

b.Ceramah yang  tidak monoton dan cukup imajinatif

ad.a.Ceramah yang monoton nonimajinasi

Ceramahnya monoton. Dari waktu kewaktu materinya sama. Intinya sama saja. Tidak mampu memberikan atau membangkitkan imajinasi kepada para komunikan. Hanya bicara semacam hafalan saja. Cenderung beretorika. Biasanya, para komunikan tidak tertarik, tidak konsentrasi, tidak menangkap materi ceramah, bosan bahkan mengantuk.

b.Ceramah yang  tidak monoton dan cukup imajinatif

Penceramah berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata yang menarik. Kadang-kadang berkata pelan,kadang-kadang berbicara keras. Bahasa tubuhnya ikut mendukung. Sesekali bercanda dan memberikan humor-humor segar tanpa menyimpang dari materi. Sanggup memberikan imajinasi. Sanggup menggambarkan betapa panasnya api neraka, betapa sengsaranya di neraka, betapa indahnya sorga, betapa bahagianya di sorga. Para komunikanpun tertarik.

C.Ceramah dari sudut psikologi

Faktor psikologi juga mempengaruhi efektif tidaknya sebuah ceramah. Bahkan erat hubungannya dengan kepribadian pemberi ceramah. Bahkan perilaku pemberi ceramahpun turut memberikan bobot atau tidak berbobotnya sebuah ceramah. Ada dua macam pribadi yang dimiliki penceramah atau komunikator.

a.Tipe penceramah yang tidak simpatik

b.Tipe penceramah yang simpatik

ad.a.Tipe penceramah yang tidak simpatik

Penceramah tidak simpatik tidak hanya ditentukan oleh pribadinya saja, tetapi juga perilakunya. Ciri-ciri penceramah yang tidak simpatik antara lain:

-Sok suci

-Sok moralis

-Bernada menghasut

-Berprasangka buruk

-Tidak memberikan solusi

 ad.b.Tipe penceramah yang simpatik

Penceramah simpatik tidak hanya penampilannya yang menarik, suka menyapa para komunikan, murah senyum, tetapi juga harus mempunyai ciri-ciri:

-Tidak sok suci.

-Tidak sok moralis

-Tidak bersifat menghasut, tetapi bicara berdasarkan fakta

-Berprasangka positif dan positive thinking.

-Memberikan solusi dan motivasi

Lantas, kerusakan moral tanggung jawab siapa?

Jawaban klise:”Tanggung jawab kita semua”. Atau: “Tanggung jawab pribadi masing-masing”. Itulah Indonesia, kalau berbicara masalah tanggung jawab, semuanya menjadi sangat tidak jelas. Saling melempar tanggung jawab. Semua cuci tangan. Semua tidak mau disalahkan.

Hariyanto Imadha
Pengamat Perilaku
Sejak 1973

Semua komentar otomatis akan dihapus

Kategori