Oleh: psikologi2009 | Maret 15, 2013

PSIKOLOGI: Kenapa Ada Orang Suka Ngeyel?

Image

DI dalam pergaulan manapun juga, baik pergaulan offline maupun online, suatu saat pasti kita akan berhadapan dengan orang yang suka ngeyel. Dan celakanya, kita juga ikut-ikutan ngeyel. Masing-masing merasa benar, lebih benar dan paling benar. Lantas kadang-kadang diselesaikan dengan kalimat “Sudahlah. Kita sama-sama benar. Hanya sudut pandang kita yang berbeda”. Kalimat itu jelas diucapkan oleh orang yang tidak menguasai ilmu logika yang sempurna.

Kenapa ada orang suka ngeyel?

Ada beberapa penyebab orang suka ngeyel

1.Pengetahuan dan ilmu pengetahuan yang terbatas

2.Salah persepsi

3.Salah berlogika

4.IQ rendah

5.Egosentrik (Terlalu harga diri)

add.1.Pengetahuan dan ilmu pengetahuan yang terbatas

Orang yang pengetahuan atau ilmu pengetahuannya terbatas, menganggap pengetahuannya atau ilmu pengetahuannya yang sedikit merasa sudah cukup memahami suatu persoalan. Padahal, pendapatnya tidak didukung pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang memadai.

Contoh:

Orang yang awam ilmu aerodinamika, begitu melihat kanopi/atap motor akan langsung berkomentar, kanopi motor itu tidak tahan angin. Padahal, pembuat kanopi motor yang faham ilmu aerodinamkika itu sudah memperhitungkan faktor aerodinamika. Aerodinamkia adalah ilmu yang mempelajari perilaku angin dan cara mengatasinya. Karena keterbatasan pengetahuan dan ilmu pengetahuan itulah, sampai kapanpun tetap ngeyel pada keyakinannya yang salah itu.

add.2.Salah persepsi

Orang yang suka ngeyel juga bisa jadi karena salah persepsi. Dari hari ke hari melihat fakta yang itu-itu saja sehingga menimbulkan persepsi bahwa apa yang dilihatnya sehar-hari itulah yang benar.

Contoh:
Orang yang tiap hari melihat motor tiga roda ditumpangi orang cacat, maka punya persepsi bahwa motor tiga roda hanya untuk orang cacat. Ketika ada orang tidak cacat naik motor tiga roda, maka dia akan menilai orang itu salah. bahkan bisa jadi beranggapan orang yang tidak cacat itu telah melanggar undang-undang atau peraturan lalu lintas. Jika pendapatnya dibantah, maka dia akan ngeyel. Padahal, tidak ada satu undang-undang atau peraturan yang melarang orang tidak cacat naik motor tiga roda.

add.3.Salah berlogika

Orang bisa saja suka ngeyel karena salah berlogika. Kalau dikoreksi, dia tetap akan mempertahankan pendapatnya yang salah itu. Tetap ngeyel dan mengatakan orang yang berbeda pendapat dengannya adalah orang yang salah. Padahal, sesungguhnya dia tidak memahami cara berlogika yang benar. Melihat satu aspek tanpa mengaitkan aspek lainnya yang bisa berpengaruh.

Contoh:

Banyak orang Islam bermimpi agar Indonesia menjadi Negara Islam Indonesia. Atau banyak orang Islam beranggapan, hukum buatan manusia itu jelek dan hanya hukum Islam yang baik. Oleh karena itu sebaiknya hukum Islam diterapkan di Indonesia. Logikanya begitu. Dia lupa bahwa, walaupun hukum Islam itu baik, tapi kalau dipegang dan dilaksanakan orang yang brengsek, hasilnya brengsek juga. Sebaliknya, hukum buatan manusia kalau dipegang oleh orang yang baik, hasilnya adil juga. kalau dikoreksi demikian, orang Islam yang logikanya dangkal itu tetap akan ngeyel. bahkan, seumur hidup tetap akan ngeyel. Sebab, logika yang salah telah berubah menjadi keyakinan yang salah pada dirinya.

add.4.IQ yang rendah

Orang suka ngeyel juga karena faktor IQ yang rendah. Orang yang IQ rendah adalah orang yang bodoh. Ada bodoh relatif dan ada bodoh permanen. Orang yang bodoh permanen, mau menerima pendapat orang lain yang berbeda. Sedangkan orang yang bodoh permanen, selalu menolak pendapat orang lain yang berbeda.

Contoh:

Orang awam sering mengatakan, tanpa belajar ilmu logikapun dia bisa berlogika. Hanya buang-buang waktu saja berlogika. Toh dia merasa punya otak. Merasa bisa berpikir.Dan merasa pendapatnya benar. Dia tidak tahu kalau ada dua kategori logika. Yaitu Logika Awam awat Logika Spekulatif. Yaitu logika yang bisa benar dan bisa salah, tetapi banyak salahnya daripada benarnya. Dan Logika Akademik atau Logika Ilmiah yang pasti selalu benar karena berdasarkan rumus-rumus, dalil-dalil atau format-format logika yang sudah teruji kebenarannya sejak jaman Yunani hingga jaman sekarang dan jaman yang akan datang. Meskipun demikian, dia tetap ngeyel, karena dia mengalami bodoh permanen atau IQ-nya rendah sekali.

add.5.Egosentrik (Terlalu harga diri)

Yaitu orang yang suka ngeyel karena pribadi SNOB (sok tahu, sok mengerti sok pintar). Dia merasa tahu segala-galanya, padahal hanya tahu sedikit atau bahkan samasekali tidak tahu. Kepada tiap orang dia selalu berkata seolah-olah pendapatnya yang benar. Apalagi kalau pendapatnya dibantah, maka diapun ngeyel tanpa didukung penalaran yang logis dan benar.  Pokoknya pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapatnya dianggap salah dan pasti salah. Maka, jadilah dia orang yang berkepribadian egosentrik dan suka ngeyel.

Contoh:

Ketika Si A menulis sebuah artikel berjudul “Korupsi Terjadi Karena Rakyat Salah Memilih dan Masih Bodoh”. Maka Si B berkomentar “Jangan membodoh-bodohkan rakyat, sebab sebetulnya rakyat sudah yakin calon pemimpin yang dipilihnya adalah berkualitas. Masalahnya, calon pemimpin tersebut telah menyalahgunakan amanah dari rakyat sehingga melakukan suap,sogok dan korupsi”. Si A memberikan pencerahan “Kalau bodoh ya harus dikatakan bodoh. Kalau salah pilih itu artinya bodoh. Orang yang tidak bodoh tentu akan memilih calon pemimpin dengan cara mempelajari track recordnya terlebih dulu apapun parpolnya, apapun sukunya, apapun agamanya,apapun ras/bangsanya dan apapun antargolongannya. Dan kalau track recordnya bagus (shiddiq, tabliq,amanah dan fatonah),maka orang yang cerdas tidak akan salah pilih”. Namun Si B yang egosentrik tetap ngeyel bahwa pendapatnyalah yang benar dan berkata “Pokoknya rakyat yang salah memilih bukan rakyat yang bodoh”. Tentu, ini cara berlogika yang salah dan egosentrik.

Solusi

Jika kita mendapatkan pendapat yang berbeda, sebaiknya jangan langsung disalahkan, kecuali kita memang tahu benar bahwa itu salah dan kita menyalahkan karena kita benar-benar mengetahui masalah itu dan memahami cara berlogika yang benar. Tapi, jika kita belum memahami masalahnya, sebaiknya kita diam dulu untuk menganalisanya secara cermat. Sesudah menganalisa, kita berkomentar yang didukung logika yang benar apakah masalah itu benar ataukah tidak benar. Jadi, kita tidak boleh berpikir secara apriori (belum mengerti, tapi berkomentar), tetapi harus berpikir secara apostetriori (sesudah mengerti, berkomentar).

Catatan

Sebuah kebenaran, harus didukung logika yang logis dan benar, objektif,rasional, realistis dan faktual.

Semoga bermanfaat.

Hariyanto Imadha

Pengamat Perilaku

Sejak 1973


Kategori